Minggu, 24 Februari 2008

Ganyang Malaysia, Ganyang Perdana Menteri (PM) Abdullah Ahmad Badawi
Suara Kritis Sang Blogger Terus Menggema

Di tengah tekanan dan upaya pembungkaman pemerintah,Kim terus gigih menyuarakan kritik. Sarana blog dia gunakan. Menjelang pemilu 8 Maret mendatang, Lim bersama partai-partai oposisi lain untuk pertama kalinya bersatu melawan dominasi koalisi Barisan Nasional (BN). Selain pemimpin partai oposisi berhaluan sosialis di Malaysia, Lim juga menduduki posisi pemimpin oposisi parlemen di Dewan Rakyat Malaysia.
Lim,67,dikenal sebagai sosok yang tak kenal takut dan berani bicara lantang, baik di dalam maupun di luar gedung parlemen. Di tengah dominasi koalisi berkuasa BN,Lim terus menyuarakan aspirasi dan harapan masyarakat. Sikap seperti ini jelas-jelas mengusik ketenangan BN yang sudah berkuasa tanpa tanding selama beberapa dekade di Malaysia.
Akibatnya, Lim berulang kali coba dibungkam oleh lawan-lawan politiknya yang berkuasa. Sama seperti tokoh-tokoh oposisi lain, Lim juga pernah dijebloskan ke penjara oleh pemerintah pada 1969. Dia ditahan atas dasar Internal Security Act (ISA) selama 18 bulan.Anwar Ibrahim pun pernah menjadi korban ISA akibat gerakan reformasi yang dia cetuskan pada 1998 silam.
Berdasarkan hukum ini, tersangka yang ditangkap bisa ditahan selama dua tahun tanpa proses pengadilan. Penahananselamaduatahuninipadapraktiknya bisa diperpanjang hingga waktu yang tidak ditentukan.Itu pun tanpa prosespengadilanbaru, apalaginaikbanding. Sepuluh tahun kemudian, 1979, Lim didakwa lima tuduhan berbeda berdasarkan Hukum Rahasia Negara.
Salah satu tuduhannya, Lim dituding membocorkan informasi rahasia mengenai kesepakatan pembelian senjata pemerintah dengan sebuah perusahaan Swiss. Tidak hanya itu, Lim kembali menjadi korban ISA pada Operation Lalang pada 1987. Diaditahantanpaprosespengadilandanharusmendekamdi penjara selama 17 bulan.
Kemunculan Lim di panggung politik Malaysia mulai diperhatikan saat dia menjabat sebagai Sekretaris Pengelola Nasional DAP selama periode 1966–1969. Di waktu yang sama,dia juga dipercaya mengedit surat kabar DAP, The Rocket. Ketika Malaysia tengah mengalami gejolak politik paling parah pada 1969, Lim dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal DAP. Di tahun yang sama, Lim sukses terpilih menjadi anggota parlemen mewakili Kota Melaka.
Sejak saat itu Lim terus terpilih sebagai anggota parlemen dengan mewakili konstituen- konstituen berbeda.Dia pernah kalah ketika DAP bersaing memperebutkan kursi dengan sesama partai oposisi yang berideologi Islam,PAS. Sebelum menjadi anggota parlemen, Lim—yang mengantongi gelar LLN dari University of London— ini pernah menjadi juru kampanye bagi Lee Ah Meng yang ingin maju menjadi anggota parlemen dari Batu Pahat.
Lim memimpin partai sebagai sekretaris jenderal hingga 1999 karena sejak saat itu dia ditunjuk menjadi Chairman DAP untuk menggantikan Chen Man Hin.Pada 2004, Lim menolak ditunjuk kembali menjabat chairman dan memberikan tongkat estafet kepemimpinan kepada Karpal Singh. Mulai dari situ Lim kemudian berperan sebagai penasihat di sebuah badan partai yang baru dibentuk,yaitu Komisi Perencanaan Strategis dan Kebijakan.
Anaknya, Lim Guan Eng, sekarang ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal DAP. Dalam pemilihan umum 2004 silam, partai pimpinan Liminiberhasilmemenangkan kursi paling banyak di antara partai-partai oposisi lain.PAS dan Partai Keadilan yang dipimpin tokoh oposisi AnwarIbrahim hanya berhasil mengumpulkan beberapa kursi saja. Lim dan para pemimpin partai oposisi lain sepakat belajardaripengalamankekalahan mereka dalam pemilupemilu sebelumnya.
Lim,pria yang dikenal sebagai politisi paling melek teknologi untuk orang seusianya, sepakat bersatudengan AnwarIbrahimdan HadiAwang,pemimpin PAS. Sifat tak kenal takut dan bicara lantang Lim tidak hanya dimanifestasikan dalam bentuk pidato atau ceramah.
Limsudah menelurkan 29 buku yang sebagian berisi mengenai kritik terhadap pemerintah.Sayangnya banyak tulisan-tulisan itu disensor pemerintah. Dengan keunggulan melek teknologi Lim menyiasati sensor media ketat pemerintah dengan cara membuat tiga blog yang selalu diperbarui setiap hari.
Selain digunakan untuk menuangkan ide dan gagasan, blog-blog ini sekaligus difungsikan untuk media kampanye menjelang pelaksanaan pemilu 8 Maret mendatang. ”Blogging adalah salah satu cara untuk mengungkapkan pendapat dan menjadi kesempatan agar bisa menghindar dari kontrol media. Kami tidak bisa menembus ke media yang dikuasai pemerintah,” kata Lim.
Langkah Lim ini pun diikuti para pemimpin partai oposisi lain. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi, Lim mengincar para pemilih muda dan berpendidikan yang tinggal di perkotaan. Bersama tokoh oposisi lain Lim berharap bisa me-menangkan pemilu mendatang dan mengakhiri kekuasaan BN. (berbagai sumber/ tri subhki r)

Pemilu Penjegalan Anwar Ibrahim ?

”SAYA tidak ingat Anwar Ibrahim,” kata Perdana Menteri (PM) Abdullah Ahmad Badawi ketika ditanya tentang tokoh oposisi paling ternama di Malaysia itu.
Rumor yang santer beredar menilai bahwa pemilihan tanggal pemilu pada 8 Maret bukan sebuah kebetulan semata. Sebagian kalangan menganggap ini merupakan langkah pemerintah untuk mencegah Anwar Ibrahim ikut serta dalam pemilu mendatang. Parlemen saat ini sebenarnya masih memiliki mandat hingga 2009 mendatang.
Namun, pemerintahan PM Abdullah sudah terburu-buru membubarkan parlemen pada 13 Februari silam. Anwar Ibrahim, yang mengoordinasi pembentukan koalisi oposisi,menyadari kebijakan ini bertujuan untuk menyingkirkan dirinya. ”PM Abdullah sepertinya sudah bertindak berdasarkan motif pribadi,” kata Anwar dalam wawancara dengan Bloomberg Television.
Berdasarkan dakwaan tuduhan korupsi dan sodomi yang dijatuhkan pada 1999 lalu,Anwar Ibrahim ditahan dan baru dibebaskan pada 2004. Menurut hukum yang berlaku, seseorang dilarang terjun ke politik selama empat tahun sejak dibebaskan dari penjara. Anwar Ibrahim baru terlepas dari ikatan hukum tersebut pada 14 April mendatang.
Jika dikaitkan dengan penentuan tanggal pemerintah, artinya hanya tinggal sebulan lagi Anwar Ibrahim bisa kembali berpartisipasi aktif di panggung politik. Ketua Komisi Pemilu Abdul Rashid Abdul Rahman mengungkapkan dalam konferensi persnya di Putrajaya, para kandidat yang ingin bertarung dalam pemilu harus mengajukan namanya pada 24 Februari (hari ini).
Anwar Ibrahim mungkin tidak bisa mencalonkan diri dalam pemilu mendatang,namun perannya sebagai penasihat PKR tidak bisa diremehkan. Dalam beberapa bulan terakhir, nama Anwar kembali menyeruak berkat sorotan media baik di dalam maupun luar negeri. Meski tidak bisa mencalonkan diri,Anwar Ibrahim tetap optimistis berpeluang duduk di parlemen.
Pasalnya, dia mengklaim bahwa PKR sudah mempersiapkan kursi bagi dirinya jika berhasil memenuhi target 100 kursi parlemen pada pemilu nanti. Ketika masa hukuman larangan berpolitik bagi Anwar Ibrahim sudah terlampaui April mendatang,itulah saatnya menempati kursi yang sengaja dikosongkan untuknya. Jika skenario ini sesuai rencana, berarti Anwar Ibrahim bisa mementahkan upaya pemerintah yang ingin menjegalnya.
Namun, ada rumor berbeda yang beredar terkait pemilihan tanggal pemilu yang terkesan buru-buru ini. PM Abdullah diisukan terpaksa mempercepat pemilu sebelum popularitas pemerintahannya kian jeblok di mata publik. PM Abdullah disebutsebut harus memajukan pelaksanaan pemilu sebelum pemerintahannya memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM),menaikkan harga,dan semakin melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Pemangkasan subsidi BBM merupakan kebijakan tidak populis karena berdampak buruk pada hajat hidup masyarakat luas.Artinya, jika diberlakukan efeknya akan merembet ke popularitas pemerintah.
”Mereka tidak mampu menghadapi pemilu yang dilangsungkan sesuai jadwal, yaitu tahun depan.Pasalnya, saat itu krisis akan melanda Malaysia. Itulah mengapa pemerintah terburu-buru untuk memperoleh mandat sebelum menaikkan harga BBM dan barang kebutuhan lainnya,” kata Hatta Ramli, pejabat senior di Partai Islam Se-Malaysia (PAS),salah satu partai oposisi besar. (berbagai sumber/ tri subhki r)

Sabtu, 23 Februari 2008


Gumuk Batu Piring Longsor
Dua Penambang Bapak-Anak Tewas Tertimbun

JEMBER - Lokasi penambangan batu piring galian C memakan korban. Tepatnya di Gumuk Sepikul Dusun Gempal Kecamatan Pakusari mendadak longsor. Dua dari tujuh penambang tewas tertimbun saat bukit setinggi 30 meter itu longsor. Kedua korban itu merupaka bapak dan anak kandung yakni Mohammad (45) dan Mohammad Ari (17). Sedangkan tujuh penambang lainnya berhasil meloloskan diri saat tebing bebatuan yang sudah beberapa tahun itu ditambang. Salah seorang saksi mata yang juga korban selamat, Samsul Arifin mengatakan, longsornya tebing batu piring itu terjadi begitu cepat. "Waktu itu ada sembilan warga sedang melakukan penambangan. Namun saat longsor terjadi, ada dua orang yang tidak sempat menghindarkan diri, sedangkan tujuh penambang lainnya beruntung bisa menyelamatkan diri," kata Samsul Arifin yang juga menantu Muhammad. Ia kemudian berusaha mengevakuasi bersama penambang lainnya. Namun karena tidak mampu, akhirnya mencari pertolongan polisi untuk mendatangkan alat berat. Awalnya satu alat berat didatangkan, namun agaknya masih kurang maskimal melakukan evakuasi. Akhirnya ditambah satu lagi alat berat yang lebih lengkap dan cepat untuk melakukan proses evakuasi. Setelah sekitar lima jam melakukan proses evakuasi, alhirnya salah seorang korban bernama Arif berhasil ditemukan dalam kondisi tewas tertelungkup dibawah timbunan batu besar. "Warga juga ikut membatu proses evakuasi dan langsung membawa jenazah korban ke Puskesmas untuk menjalani pemeriksaan," ujarnya. Sedangkan dua jam berikutnya bapak korban yakni Muhammad juga berhasil dievakuasi dari timbunan batu piring. Posisi Muhammad saat diketemukan melalui evakuasi dalam kondisi terlentang. Polisi kini memberikan garis peringatan dilokasi penambangan dan untuk sementara lokasi itu ditutup. Diduga, karena cuaca hujan deras seringkali mengguyur, maka tebing batu piring yang sangat curam itu mulai rapuh dan mudah menimbulkan longsor. (p juliatmoko)

Jumat, 22 Februari 2008

Ratusan Mahasiswa Jadi Korban Penggelapan SPP
Diduga Libatkan Oknum Karyawan Bank Jatim

JEMBER -Ratusan mahasiswa Universitas Jember ditiga fakultas dilaporkan menjadi korban percaloan dan penggelapan uang sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP). Tiga fakultas yang mahasiswanya menjadi korban itu yakni Fakultas Sastra sebanyak 54 mahasiswa, Fakultas Ekonomi 328 mahasiswa dan Fakultas Hukum sebanyak 171 mahasiswa. Uang SPP yang disetor ratusan mahasiswa yang menjadi korban melalui Bank Jatim ternyata tidak sampai ke kas rekening Rektorat Unej. Berdasarkan penelurusan dikampus, penggelapan uang SPP mahasiswa ini melibatkan oknum karyawan Bank Jatim Cabang Unej. Salah seorang mahasiswa Fakultas Hukum yang menjadi korban berinisial LP mengatakan, dari kasus itu akhirnya 10 mahasiswa melaporkan ke Polres Jember. "Kita sebenarnya lebih mudah membayar SPP pada seseorang mahasiswa yang katanya bisa mudah dan cepat dalam mengurus administrasi SPP. Tak tahunya, SPP yang kami bayar lewat dia, justru tidak masuk rekening universitas," kata mahasiswi angkatan 2006 ini. Akhirnya, dia bersama sekitar 171 mahasiswa lainnya dipanggil pihak Dekanat Fakultas Hukum Unej untuk memberikan klarifikasi soal pembayaran SPP bermasalah itu. Dengan bersama teman-temanya ia juga melacak siapa dibelakang mahasiswa yang menjadi calo itu. Ternyata benar, ada dua oknum karyawan Bank Jatim yang menjadi pengepul SPP melalui aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Meski telah mengantongi dua nama karyawan Bank Jatim, sejumlah mahasiswa justru kehilangan jejak karyawan itu karena tidak ada dalam daftar nama karyawan Bank Jatim Cabang Unej. Sementara salah seorang sumber yang juga mantan calo SPP mengatakan, sebenarnya praktik percaloan SPP itu sudah berlangsung sejak 5 tahun silam. "Selama ini praktik ilegal itu melibatkan aktivis mahasiswa di Unit Kegiatan Mahasiswa masing-masing fakultas yang bekerjasama dengan karyawan Bank Jatim. Ada jatah berupa uang bagi hasil ketika calo mendapatkan sejumlah mahasiswa yang ingin membayar SPP lewat calo," kata alumnus Unej tanpa menyebut dari fakultas mana ia berasal. Ia juga membeber, sebenarnya ada perbedaan kecil yang tidak mencolok antara kertas slip SPP yang asli dan yang lewat calo. "Kalau yang asli warna stempelnya tidak luntur, namun kalau yang palsu agak luntur dan ada tanda paraf tertentu dari oknum karywan bank," jelenterehnya. Pria ini mengakui, bisnis haram itu memang sangat rentan dengan kejahatan kriminal, namun mahasiswa juga butuh proses membayar SPP secara cepat dan mahasiswa sendiri juga mereguk untung jika lewat calo. Kalau pada fakultas hukum saja nilai SPP per semester Rp 500 ribu, maka kalau lewat calo hanya membayar Rp 350 ribu saja. "Kalau dihitung kasar, maka selisih 150 ribu itu dibagi tiga orang yakni mahasiswanya sendiri 50 ribu, calo mahasiswa 50 ribu dan oknum karyawan 50 ribu. Ini sangat menguntungkan, tapi memang justru merugikan pihak Unej," ujarnya. Ia juga mengatakan, kemungkinan besar praktik ini sudah dilakukan di Universitas Airlangga Surabaya dan Universitas Brawijaya Malang, namun sebagian ada yang terbongkar. "Ditiap universitas pasti menujuk bank tertentu dan ada praktik semacam ini. Lambat laun kasus ini akan terbongkar juga," timpalnya. Sedangkan pihak Rektorat Unej yang ditunjuk untuk menjadi Ketua Tim dalam kasus ini yakni Pembantu Rektor III Unej Marwoto mengatakan, pembayaran dengan slip SPP lewat calo tidak dibenarkan dan tidak diakui oleh universitas. "Yang jelas mahasiswa ditiap fakultas sudah dipanggil oleh dekanat. Kalau slip itu palsu, maka itu berarti belum membayar SPP padahal tiap semester mahasiswa harus bayar SPP," kata Marwoto. Ia juga berjanji akan menelusuri kasus ini hingga tidak mmenimbulkan keresahan ditingkat mahasiswa dan universitas.Sementara Kepala Bank Jatim Cabang Jember Suwonggo saat dikonfirmasi mengaku masih belum mengetahui jika ada dugaan oknum karyawan Bank Jatim Cabang Unej yang terlibat. "Saya masih rapat direksi di Surabaya. Jangan menyebut oknum dulu. Kalau sampai Jember saya akan jelaskan dan selesaikan masalah itu," kata Suwonggo. Sedangkan pihak Polres Jember melalui Kasat Reserse dan Kriminal AKP Kholilur Rochman mengatakan, meski sepuluh mahasiswa Fakultas Hukum Unej sudah melaporkan kasus itu, namun ia sendiri belum tahu. "Kita akan pelajari kasus ini dulu. Jelas akan kita tindaklanjuti dengan memintai keterangan korban dan saksi," kata AKP Kholilur Rochman. (p juliatmoko)

Korban Penggelapan SPP
1. Fakultas Hukum : 171 mahasiswa, nilai SPP Rp 500 ribu/semester2. Fakultas Ekonomi : 328 mahasiswa termasuk non reguler, nilai sampai Rp 1,250 juta/semester3. Fakultas Sastra : 54 mahasiswa, nilai Rp 500 ribu/semester
Modus : pembayaran SPP lewat calo mahasiswa bekerjasama dengan oknum bank menggunakan dengan slip asli tapi palsu


Akibat Penggelapan SPP Unej Dirugikan Rp 500 Juta

JEMBER - Kasus pengeglapan dan penipuan sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) yang mengorbankan ratusan mahasiswa ditiga fakultas Universitas Jember terus diselidiki. Pihak Rektorat Unej dalam kasus ini mengakui dirugikan sebesar Rp 2 miliar. Dari kerugian itu dirinci mahasiswa yang menjadi korban meliputi tiga fakultas yang mahasiswanya menjadi korban itu yakni Fakultas Sastra sebanyak 54 mahasiswa, Fakultas Ekonomi 328 mahasiswa dan Fakultas Hukum sebanyak 171 mahasiswa.Ketua Forum Aksi Mahasiswa Independen untuk Unej (Formasi Unej) Dian Ayu mengatakan, berdasarkan investigasi yang dia lakukan ternyata mahasiswa selama ini yang justru menjadi korban. "Mahasiswa membayar SPP lewat calo yang juga mahasiswa karena ada slip asli dari oknum Bank Jatim. Awalnya slip dan stmpel nampak asli, namun akhirnya diketahui palsu. Kita minta agar kasus yang diduga melibatkan oknum Bank Jatim ini diselesaikan," kata Dian Ayu yang juga mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM). Ia juga meminta agar Rektorat Unej dan Polres Jember menelusuri oknum yang mengaku dari Bank Jatim. Selain itu Formasi Unej mendesak agar Rektorat Unej memperbaiki manajemen keuangan yang tersentralisir dan tidak rawan penggelapan oleh pihak bank. Sedangkan Pembantu Rektor II Universitas Jember Agus Budihardjo mengatakan, praktek ilegal pembayaran SPP akibatnya mahasiswa yang sebenarnya memiliki niat membayar SPP, ternyata tidak membayar SPP karena slip mereka diduga palsu. Meski demikian, ada sejumlah mahasiswa yang tetapi berhasil melakukan aktifasi dan terdaftar di registrasi rektorat Unej."Kita sudah melakukan penelusuran dan mahasiswa itu dapat menunjukkan slip pembayaran namun slip itu palsu dan uang SPP artinya belum masuk ke rekening rektor di Bank Jatim Cabang Unej," Agus Budihardjo, Soal keterlibatan oknum karyawan Bank Jatim, ia mengatakan masih belum berani mengambil kesimpulan karena belum ada bukti riil. Hal yang sama juga dikatakan Ketua Tim Pengungkapan Kasus SPP Unej, Marwoto yang meminta mahasiswa dalam kasus ini harus bersabar. "Setelah kita selidiki, ternyata ada mahasiswa ada yang jadi pengepul lewat oknum yang mengaku karyawan Bank Jatim. Ada yang diuntungkan dalam bisnis ilegal ini," kata Marwoto. (p juliatmoko)

Tengoklah Dusan Mandiri Listrik
Terhindar Dari Krisis Listrik Lewat Pemanfaatan Air Sungai

JEMBER - Ditengah krisis listrik yang menghantui pulau Jawa dan Bali, ada sebuah dusun di Jember yang ternyata tidak merasa takut kalau tempat tinggalnya akan mengalami pemadaman listrik. Lokasi itu berada di Dusun Mojan Desa Jumerto Kecamatan Patrang yang jaraknya hanya sekitar 4 kilometer dari jantung kota. Dusun Mojan yang dihuni puluhan kepala keluarga seakan tidak pernah padam karena memiliki energi listrik alternatif. Ada sebuah aliran sungai Sumberlangon Klungkung yang mengalir deras dan kemudian dimanfaatkan menjadi tenaga listrik. Infrastruktur itu dibangun dengan sangat sederhana meliputi turbin yang digerakkan dengan aliran air yang selanjutnya menjadi tenaga listrik mikro hidro. Soal lokasi air dan turbin yang diletakkan, memang sangat sulit. Untuk sampai dirumah turbin air, seseorang harus melewati jalan setapak yang licin sekitar 1 kilometer dari jalan utama di dusun itu. Selain jalan yang naik dan turun, lokasi sungai kalau dilihat mirip dengan lokasi air terjun. Salah seorang petugas operasional turbin air mengatakan, dengan adanya turbin air itu maka sekitar 60 rumah kepala keluarga bisa teraliri listrik"Harga listrik ini sangat murah sekali.eparuh dari harga yang dipatok PLN," kata Riyan. Melalui bantuan tenaga ahli dari salah satu perguruan tinggi di Jember, akhirnya tubrin itu bisa beroparasi sejak tahun 2001 silam. Saat itu aliran listrik dari PLN belum bisa menjangkau Dusun Mojan. Beberapa tahun kemudian, kata Toha yang juga teman Riyan, listrik mulai masuk pada kurun waktu 2004. Namun warga disana jarang sekali memesan aliran listrik karena harga yang terlampau mahal."Listrik swadaya ini perbulan ada yang bayar 3 ribu sampai 5 ribu saja. Sebagian untuk biaya operasional dan sumbangan pondok pesantren," katanya.Sedangkan salah seroang pengasuh Pondok Pesantren Al Baitul Rohman, M Roi Yasin mengatakan, kebutuh listrik bagi warga sangat diperlukan. M Roi Yasin yang turut merintis pembangunan turbin air itu merasa tenang jika ditiap rumah warganya bisa dialiri listrik. "Dengan begitu, anak-anak kalau malam hari bisa belajar," kata M Roi Yasin. Ia juga mengatakan, ada suka dan duka dalam mengelola turbin air itu. "Kalau hujan pada tengah malam hari, petugas jaga langsung turun mengecek turbin. Kalau aliran air deras, maka dihentikan sementara agar kapasitas turbin tidak jebol," terangnya.Sedangkan salah satu insinyur ahli yang merintis turbin pembangkit listrik mikro hindro dari Politeknik Negeri Jember Joko Wibowo mengatakan, sebenarnya turbin Mojan itu berkapasitas 50 ribu watt. "Kini aliran listrik yang bisa diolah sekitar 23 ribu watt. Sedangkan kapasitas yang terpakai oleh warga hanya 40 persen saja," terang Joko Wibowo. Ia juga menambahkan, berdasarkan survei yang dia lakukan, di Jember sebenarnya ada sekitar 10 titik potensi yang tersebar di sejumlah kecamatan yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik mikro hidro."Kendala yang sering dialami disini, persoalan lagher dan dan saringan air untuk memutar turbin yang terkadang masih tercampur kotoran daun dan ranting. Kita berencana untuk menambah daya dengan mengganti komponen tertentu agar kapasitas listrik yang dihasilkan lebih besar lagi," ujar pria tamatan Institut Teknologi Bandung ini. (p juliatmoko)




Duh..., PKL Ditiga Ruas Jalan Diobrak lagi

JEMBER -Pedagang kaki lima (PKL) kembali ditertibkan alias diobrak oleh puluhan petugas Satuan Polisi Palong Praja (Satpol PP) Pemkab Jember. Dalam penertiban itu sempat adu mulut dan nyaris bentrok adu fisik antara petugas dengan pedagang, namun dapat diselesaikan secara musyawarah. Sasaran Satpol PP itu kali ini ada ditiga ruas jalan yang biasa dijadikan mangkal oleh PKL yakni Jalan Samanhudi, Jalan Untung Suropati dan Jalan Diponegoro. Dari operasi penertiban PKL itu, petugas hanya menemukan dua pedagang yakni di Jalan Samanhudi yang akhirnya ditertibkan. Sejumlah barang dagangan berupa baju, aksesoris dan sandal dibawa ke Kantor Satpol PP. Meski demikian dua pedagang yang kena obrak yakni Agus dan Gito mengaku kecewa dengan sikap petugas yang tidak ada pemberitahuan dahulu."Penertiban tidak manusiawi dan mereka main angkut barang dagangan kami. Kita tidak terima sikap petugas itu," kata Agus salah seorang pedagang yang berjualan aksesoris dan mengkal di Jalan Samanhudi itu, kemarin. Ia juga mengatakan, selama ini masih banyak pedagang yang mangkal di Jalan Samanhudi namun tidak juga ditertibkan dan dianggap penertiban yang dilakukan tidak merata. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gito yang selama ini pihak Pemkab Jember kurang memberikan fasilitas bagi PKL di Jalan Samanhudi."Fasilitas yang diberikan masih kurang. Kita minta ada aliran listrik, sebab selama ini listrik yang kita gunakan masih menyewa dari toko," keluh Gito. Sedangkan Kepala Seksi Operasi Satpol PP Pemkab Jember Herwindo mengatakan, penertiban itu dilakukan sudah sesuai dengan kesepakatan dan instruksi penataan PKL ditiga ruas jalan tadi. "Kita sudah berkali-kali memberitahukan sejak 1 Januari agar di Jalan Samanhudi tidak boleh ada PKL, namun sudah diatur berjualan pada jam tertentu yakni sore hari. Ada yang bandel, ya kita tertibkan," kata Herwindo. Ia juga mengatakan, sebenarnya pihak Satpol PP sudah tidak perlu melakukan pemberitahuan lagi, sebab sudah diatur pada ruas jalan Untung Suropati dan Jalan Samanhudi boleh berdagang mulai pukul 14.00 WIB seperti konsep Pasar Sore. Sedangkan target yang dilakukan yakni agar ditiga ruas jalan itu bersih dari PKL. Sebelumnya Ketua Tim Penataan PKL yang juga Kepala Dinas Pendapatan Pemkab Jember Suprapto mengatakan, pihaknya sudah mengelompokkan PKL yang ada seperti di Jalan Samanhudi yang diperuntukkan PKL berjualan makanan dan nantinya lokasi itu disi dengan PKL dari sejumlah ruas jalan di sepanjang segitiga emas. Selain itu, untuk pedagang pakaian yang ada di Jalan Samanhudi akan dikumpulkan di Jalan Untung Suropati agar bisa berjualan seperti yang lain dan tidak ada yang iri soal jadwal berjualan."Yang jelas, PKL ditiga ruas jalan itu tetap kita beri ruang untuk berjualan. Ini penataan, bukan penggusuran," kata Suprapto. (p juliatmoko)


Tujuh Perahu Nelayan Luar Jember Terdampar di Puger

JEMBER-Menyusul ombak besar di laut dan cuaca buruk, dilaporkan 7 perahu terdampar di laut Puger. Perahu-perahu nelayan berukuran 15 x 8 meter itu berasal dari nelayan luar Jember seperti Pelabuhan Sendangbiru Kabupaten Malang dan sebagian dari Jakarta. Salah seorang petugas Kepolisian Air dan Udara (Polairud) Jember di Kecamatan Puger Bripda Ilyas Arif mengatakan, terdamparnya 7 perahu di laut Puger itu sudah sepekan terakhir ini akibat cuaca buruk."Perahu tersebut bersandar ditengah laut atau sekitar 150 mil dari darat," kata Bripda Ailyas Arif. Kabar itu diterimanya saat 9 orang anak buah kapal melapor ke kantor Polairud setelah berbelanja logistik didaratan Puger. Tiap perahu yang terdampar itu memiliki masing-masing 40 sampai 45 anak buah kapal. Meski melawan ombak laut yang cukup besar, anak buah kapal tersebut tidak melaporkan adanya kecelakaan kapal atau korban jiwa."Sampai tadi malam masih 7 perahu yang terdampar. Dan kemarin, sudah ada sebagian perahu yang sudah melanjutkan perjalanan meski cuaca buruk sudah mulai mereda. Kata dia, saat cuaca buruk yang disertai angin menyebabkan ombak laut menjadi rusak dan ketinggian ombak diperkirakan mencapai 5 sampai 6 meter. Ada sebagian perahu yang saat cuaca buruk nekat akan melanjutkan perjalanan, namun karena ombaknya terlampau besar, akhirnya perahu masih terdampar di Puger.
Sedangkan Kepala Bagian Bintara Dalam Polairud Bripda Agus Riyanto menambahkan, 7 perahu yang terdampar itu akan kembali melanjutkan perjalanan namun menunggu cauca benar-benar reda dan ombak laut tidak lebih dari 2 meter. "Ratusan nelayan Puger juga masih belum melaut, namun masih ada sebagian perahu jukung yang nekat melaut meski harus memilih berhati-hati menjalankan perahunya," kata Bripda Agus Riyanto. Ia juga menambahkan, sepekan sebelumnya bahkan rivuan nelayan di Puger dan Ambulu tidak melaut karena ombak yang rusak. Selain itu, sebagian besar nelayan ada yang sampai menjual perahu dan menggadaikan barang berharga miliknya. (p juliatmoko)


Merasa Dintimidasi Oknum Perhutani, Warga Wadul Dewan

JEMBER-Ratusan Warga petani kawasan hutan Baban Silosansen Desa Mulyorejo Kecamatan Silo berbondong-bondong ke Gedung DPRD Jember, kemarin. Mereke menyesalkan selama puluhan tahun mengelola hutan dikawasan tengah-tengah hutan lindung itu kini justru menjadi tidak aman. Warga sudah sekitar setengah tahun dan mengelola lahan seluas 6.000 hektar lahan ini diintimidasi oleh oknum Polisi Perhutani maupun pihak Perhutani Jember sendiri. Koordinator Forum Komunikasi Petani Mulyorejo Baban Silosanen, Linggar mengatakan, ratusan warga disana sekarang dalam kondisi tertekan karena sikap Perhutani Jember yang melakukan intimidasi secara langsug maupun tidak langsung. "Perhutani juga memaksa kami untuk memaksa penanaman bibit yang tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Bahkan ketika rencana penghijauan, kami dijanjikan diberi tanaman apokat, durian dan petani. Namun kenyataanya kami dipaksa untuk menanam bibit karet yang tidak layak tumbuh," tandas Linggar, kemarin.Ia juga mengatakan, pihak Perhutani Jember telah melakukan tindakan tidak manusiawi seperti saat melakukan penghijauan pada 23 Januari 2008. Saat itu Perhutani mengerahkan aparat tentara dan menakut-nakuti serta mengobrak-abrik sejumlah rumah warga. "Kita ingin sekali bebas dari intimidasi. Kita sadar akan penghijauan yang sebenarnya sudah kita lakukan sendiri dan kini sudah mencapai 75 persen dari lahan yang sudah ditanami," timpal Asiruddin salah satu warga lainnya. Keluhan itu disampaikan kepada Komisi A DPRD Jember agar anggota dewan bersedia memberikan jaminan keamanan ketika warga mengelola hutan.Sedangkan salah seorang pendamping warga Mulyorejo, Miftahul Rachman mengatakan, kenyataanya hutan Baban Silosanen sudah ditempatiwarga sejak puluhan tahun lalu, dan Perhutani Jember baru terbentuk sekitar tahun 1972."Reboisasi yang nilainya miliaran rupiah telah gagal. Kami minta agar Perhutani segera dilakukan audit keuangan soal program penghijauan yang selama ini sudah berjalan, namun justru mendapat tentangan dari warga," tandas Miftahul Rachman. Ia juga mengecam soal pernyataan Bupati Jember MZA Djalal yang pernah menyampaikan instruksi "tembak ditempat" bagi warga perusak hutan. Padahal pernyataan itu sseharusnya tidak dilontarkan bupati yang tidak memiliki kapasitas untuk menembaki warga jika tidak terbukti secara hukum telah merusak hutan.Sedangkan Ketua Komisi A DPRD Jember Abdul Ghofur mengatakan, pihaknya berjanji akan menindaklanjuti keinginan warga agar intimidasi dan ancaman itu tidak dilakukan oleh siapapun termasuk oknum Perhutani Jember. "Persoalan hutan dan tanaman hutan nanti kita akan koordinasi lagi dengan Komisi B dan soal status tanah yang warga sudah memiliki sekitar 1.337 sertifikat akan ketemu lagi dengan Komisi A," kata Abdul Ghafur. Selain itu, rapat nantinya akan dihadirkan pimpinan DPRD Jember, Perhutani serta Bupati Jember.Sementara Ketua Perhutani Jember Taufik Setyadi menyesalkan adanya tuduhan intimidasi dan fitnah yang dilakukan warga Mulyorejo. Ia menganggap bahwa setelah melakukan koordinasi dengan Kepala Desa Mulyorejo, ternyata ada indikasi permainan yang dilakukan oleh kelompok yang tergabdung dalam tim 11 dengan warga Mulyorejo yang difasilitasi oleh LSM Pijar dari Surabaya. "Mereka hendak melakukan sertifikasi hutan lindung disana, kalau itu dituruti8 maka hutan bisa hancur kalau menuruti mereka," tandas Taufik Setyadi. (p juliatmoko)


Proyek PLTMH Rp 16 M Ngambang
JEMBER- Pelaksanaan proyek pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Jember hingga saat ini ngambang. Kesepakatan pihak investor untuk Rp 16 miliar dalam proyek itu ternyata hanya isapan jempol. Wakil Ketua Komisi B DPRD Jember Niti Suroto mengatakan, proyek ini sebenarnya direncanakan dan diajukan oleh investor mulai tahun 2006 silam. "Hingga sekarang belum ada laporan jelas dari pihak investor. Begitu pula dengan syaratan administratif, padahal kami beranggapan kalau proyek ini sangat diperlukan dan ditindaklanjuti," kata Niti Suroto, kemarin.Ketidakjelasna pelaksanaan proyek itu nampak dalam surat bupati mengenai kerjasama operasional PLTMH yang diinvestori oleh PT Listrik Antrokan. Untuk infrastruktur PLTMH itu rencananya akan dibangun di Desa Manggisan Kecamatan Tanggul tepatnya di Sungai Darungan. Proyek itu nantinya berguna untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik masyarakat. Sedangkan sistem kerjasama yang ditawarkan investor adalah Built Operation Transfer (BOT) dengan masa kerjasama untuk 25 tahun mendatang sejak kesepakatan ditandatangani. Biaya pembangunan fisik, perizinan, dam operasional dalam kesepakatan itu akan menjadi beban investor. Sedangkan Pemkab Jember mendapatkan kompensasi berupa retribusi dan pajak dari badan usaha PT Listrik Antrokan. Pemanfaatan air untuk kepentingan pembangkit listrik ini dijamin tidak akan mempengaruhi debit air untuk keperluan pertanian. Sebab air akan kembali ke saluran semula dengan jumlah debit yang sama. "Yang jelas, pihak eksekutif masih ada niatan dari investor untuk meneruskan proyek ini. Namun syarat-syaratnya masih belum digarap. Paling lambat Jumat ini harus ada kejelasan dari investor dan kita lihat langsung lokasi PLTMH," ujarnya. Sedangkan dinas terkait yang membidangi persoalan ini yakni Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemakb Jember masih belum bersedia memberikan jawaban. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Suharyanto mengatakan, pihaknya sangat memerlukan kerjasama yang sangat menguntungkan tersebut. Sebab dengan adanya kerjasama itu maka, aliran listrik akan lebih dapat dinikmati warga dari desa sampai dusun. "Kita masih akan konsultasi dengan bupati untuk menggarap kerjasama itu. Ada sejumlah kesepakatan harga antara PLN dengan investor yang belum tuntas, kita akan bicarakan itu lagi," kata Suharyanto. (p juliatmoko)

Sabtu, 16 Februari 2008


Jancok ! Isin Rek.....
Palsu Tanda Tangan Kadispendik, Oknum Wartawan Dicokok

JEMBER - Memalukan. Setidaknya tabiat itu dilakukan oknum wartawan tabloid mingguan "Prestasi" Edy Pamungkas (25) yang berhasil dicokok Polres Jember karena memeras seorang anggota Komite SD NU Walisongo Kecamatan Wuluhan, Samsuri. Edy yang memiliki nama asli Edy Haryono ini ditangkap di rumah Samsuri karena sengaja dijebak untuk mencegah tindakan kriminal yang lebih parah. Kapolsek Wuluhan AKP Hadi Siswoyo mengatakan, warga asal Desa Kemuning Kecamatan Jenggawah yang nge-kos didaerah kampus Jl Karimata Kecamatan Sumbersari ini terbukti telah melakukan pemersasan pada Samsuri sebanyak Rp 5 juta. Tidak hanya itu, modus yang digunakan ternyata pelaku yang jebolan IKIP PGRI Jember ini juga memalsu tanda tangan Kepala Dinas Pendidikan sekaligus memalsu stempel institusi pendidikan tersebut. Dari tangan terangka, polisi menyita kartu tanda wartawan yang memuat foto Edy dengan topi koboi, sejumlah kuitansi, alamat dan nomor telepon pejabat pemerintahan dan perangkat desa serta uang hasil rampasan dari Samsuri."Modus itu berhasil kita ungkap saat Edy menawarkan bantuan pencairan dana dari Dispendik Jember dengan mengajukan proposal perbaikan gedung sekolah. Jumlah dana yang dia janjikan berhasil untuk dicairkan sebesar Rp 200 juta," kata AKP Hadi Siswoyo, kemarin.Dari uang sebear itu, Edy yang ternyata sudah dipecat dari karyawan wartawan tabloid area Jember tempat ia bekerja itu meminta paksa komisi sebesar Rp 12 juta kepada Samsuri. "Dia kita tangkap sebelum proposal diberikan kepada pihak Diknas, Edy memeras Rp 5 juta kepada Samsuri. Yang jelas kasus ini akan terus kita usut, siapa tahu ada pihak lain yang juga terlibat pasal pemalsuan surat dan pemerasan ini," tandasnya. Selain itu, polisi juga akan melakukan penyidikan lebih lanjut untuk mengetahui siapa saja yang sudah menjadi korban pemerasan oleh oknum wartawan ini.Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Jember Achmad Sudiyono mengaku jengkel dengan ulah oknum wartawan itu. "Kita prihatin, kok ada wartawan yang seperti itu. Biar polisi nanti yang mengusut dan menyelesaikan kasus itu," kata Achmad Sudiyono sambil mengelus dada. (p juliatmoko)



Benarkah ?
10 Ribu Desa Dibentuk Lembaga Usaha Tani

JEMBER-Ditargetkan dalam setahun kedepan ada 10 ribu desa akan dibentuk dan dikembangkan menjadi lembaga usaha petani. Masing-masing desa nantinya akan mendapatkan modal awal sekitar Rp 100 juta agar petani kedepan tidak lagi tergantung pada tengkulak. Demikian dikatakan Menteri Pertanian Anton Apriyantono saat berdialog dengan para petani, birokrat dan mahasiswa sebelum meresmikan Laboratorium Pengembangan Somatic Embryogenesis Kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Kabupaten Jember, kemarin."Masalah sulitnya petani mendapatkan pupuk seringkali dimanfaatkan oleh para tengkulak dengan cara menukar hasil panen. Jadi di tingkat petani perlu dilakukan perbaikan agar keuntungan dari hasil pertanian agar bisa dinikmati sendiri, bukan dinikmati tengkulak," kata Menteri Pertanian Anton Apriyantono.Dalam kesempatan itu, menteri pertanian juga mendapatkan keluhan dari sejumlah petani terkait persoalan distribusi pupuk. Salah seorang Ali
Hasan asal Desa Mlokorejo Kecamatan Puger mengatakan, ia mengeluhkan adanya anggaran dari dinas pertanian Jember yang tidak pernah sampai pada tangan petani. "Padahal anggaran dari pusat ada. Belum lagi, soal pupuk yang tiap musim tanam selalu mengalami kelangkaan. Kita juga mengeluhkan adanya penangkar benih ang nakal karena mencantumkan label dan sertifikat namun tidak resmi," kata Ali Hasan.Sedangkan Ketua Umum Petani Kakao Indonesaia M Hasyim mengeluhkan kurang pedulinya pemerintah dalam melibatkan petani dalam kebijakan revitalisasi perkebunan yang nilainya miliaran rupiah."Kita minta agar secara organisasi dilibatkan dalam revitalisasi perkebunan. Bahkan soal revitalisasi itu kita baru dengar sekarang," ujar M Hasyim. Belum lagi kata dia soal banyaknya bibit kakao dan kopi yang bagus, namun dikalangan petani justru bibit unggulan itu malah tidak ada dan yang paling banyak bibit jenis campuran. "Dengan bibit campuran itu, mutu produksi kakao petani jelas akan rendah. Hasilnya produksi kakao petani masih rendah dibanding dengan milik perkebunan," ujarnya. Menanggapi keluhan para petani itu, Anton Apriyantono persoalan pupuk sebenarnya cukup kompleks. Mulai dari masih tingginya subsidi pada pupuk jenis Urea, kendala penggunaan pupuk berimbang, kendala tansportasi karena bencana, serta masih sulitnya mengatur quota pupuk per-bulan. "Quota pupuk per tahun cukup. Namun alokasi kebutuhan bulanan harus diperbaiki, sebab kebutuhan pupuk melonjak 60 persen di musim hujan, sehingga ada ketidakcocokan dengan alokasi," katanya. Ia juga berjanji akan mreekomendasikan agar pemerintah melakukan larangan ekspor pupuk urea karena keluhan petani soal kelangkaan pupuk yang masih sering terjadi setiap tahun. "Sebenarnya produksi urea berlebih. Sebagian kelebihan ini diekspor ke negara lain. Kita minta sebentar lagi pemerintah tidak mengizinkan ekspor pupuk, namun pemenuhan kebutuhan dalam negeri harus didahulukan dengan pengaturan yang lebih baik," janji Anton Apriyantono. (p juliatmoko)
Aneh banget Dech... Ambil Jenazah Kok Pakai Jaminan BPKB

JEMBER- Pelayanan RSUD dr Subandi Jember kembali dikeluhkan. Pasalnya salah seorang kerabat pasien meninggal, Santoso (61) warga Jl Udang Windu Kelurahan Mangli Kecamatan Kaliwates merasa dipersulit untuk mengambil jenazah. Kejadin itu berawal ketika kerabat Santoso meninggal akibat penyakit stroke pada dua hari lalui dan kemudian jenazahnya tidak bisa dibawa pulang dari rumah sakit untuk dimakamkan. Sebab pihak RSUD dr Subandi mengatakan jika tidak ada jaminan berupa Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) sepeda motor, maka jenazah tidak bisa dibawa pulang."RSUD dr Soebandi kok kini mirip perusahaan pembiayaan, padahal kami menginginkan jenazah kerabat dipulangkan," kata Santoso, kemarin. Santoso juga mengaku selama ini keluarganya tergolong tidak mampu. Namun oleh pihak rumah sakit justru untuk mengambil jenazah saja dipersulit. "Rumah sakit minta jaminan BPKB sepeda motor dan jenazah baru bisa dapat diambil hari ini. Jika kartu Askeskin sudah disetujui oleh perusahaan askes, maka kata pihak rumah sakit jenazah bisa dipulangkan," ujarnya.
Sedangkan, salah seorang yang menjadi Pekerja Sosial masyarakat (PSM) Heri Mukhlis mengatakan, pihaknya menyesalkan adanya tindakan yang dilakukan oknum petugas RSUD dr Subandi Jember. "Tindakan untuk mngambil jenazah dengan jaminan BPKB mestinya tidak perlu dilakukan petugas rumah sakit. Itu mencerminkan tidak punya nurani," keluh Heri Mukhlis.Ia juga mengatakan, sebelumnya dia sudah menyampaikan jika keterangan Santoso sebagai warga miskin sudah dikuatkan oleh surat dari lurah dan camat setempat. Sayangnya, petugas tetap saja tidak menghiraukan dan melarang jenazah dibawa pulang. Selain itu, petugas rumah sakitpun telah mengetahui jika awal masuk Santoso dikenal sebagai kelompok masyarakat miskin. "Surat-surat keterangan maskin seperti kartu keluarga miskin sebenarnya sudah menjadi bukti ketika masuk ke rumah sakit. Untuk membayar biaya tiket senilai Rp 19.000, Santoso terpaksa meminjam dari para tetangga," katanya.
Wakil Direktur RSUD Soebandi dr Bagas Kumoro saat dikonfirmasi mengatakan, untuk memulangkan jenazah yang meninggal setelah dirawat dirumah sakit itu tidak harus menggunakan jamimam BPKB sepeda motor atau surat berharga lainya."Cukup menggunakan kartu tanda penduduk sebenarnya sudah bisa. Tetapi resikonya dikhawatirkan seperti pasien sebelumnya yakni warga yang sakit tidak kembali lagi dan memilih membiarkan KTP ditahan di rumah sakit. Jadi kami yang akan kelabakan," kata Wakil Direktur RSUD dr Subandi Jember Bagas Kumoro.AIa juga menambahkan, mulai bulan Oktober 2007 hingga bulan Pebruari 2008 ini sudah tercatat sebanyak 9 KTP yang ditinggalkan oleh pasien yang enggan menyelesaikan administrasinya. Padahal kata Bagas mereka sudah menggunakan kartu jaminan Askeskin. "Untuk pembiayaan sejak Januari 2008 pengganti pembiayaan pasien dari keluarga miskin tidak lagi ditanggung lewat kartu Askeskin. Tapi itu akan menjadi tanggung jawab Depkes langsung, sedangkan pihak Askeskin berifat speengetahuan saja," katanya. (p juliatmoko)
Demo Pelecehan Seksual, Eh... Aktivis Perempuan Malah Jadi Tersangka

JEMBER - Menyusul aktifitas demonstrasi terhadap salah seorang tenaga dosen di STAIN Jember beberapa pekan lalu, salah seorang aktifis dari Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember kini statusnya justru menjadi tersangka. Status itu melekat pada Halimatus Sadiyah saat menjadi koordinator demo dugaan pelecehan yang dilakukan oleh dosen STAIN Jember Subakri. Sedangkan Subakri merasa tidak terima dengan demo GPP Jember dan akhirnya balik melaporkan Halimatus ke Polres Jember dengan tuduhan pencemaran nama baik. Salah seorang akttifis GPP Jember Sri Sulistyani mengatakan, status tersangka terhadap Halimah itu diketahuinya saat Polres Jember mengirimkan surat pemberitahuan pemanggilan pada 28 Januari lalu."Kita tidak terima dengan status Halimah yang justru menjadi tersangka. Sebab dalam kasus yang bersamaan, kita juga melaporkan pelecehan seksual terhadap Subakri pada 8 siswa kepada polisi," kata Sri Sulistyani, Kamis (14/2). Ia kemudian mendesak pada Polres Jember dengan pertimbgangan hukum agar polisi menghentikan penyidikan kasus pencemaran nama baik dan lebih mendahulukan kasus pengaduan pelecehan seksual."Sekarang kita didukung oleh kurang lebih 10 pengacara untuk membela Halimah. Kita juga mendapat keluhan dari korban pelecehan seksual karena ada intimidasi dan ancaman dari orang tidak jelas," ujarnya.Sedangkan si pelapor Subakri tetap meminta agar polisi mengusut kasus tuduhan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh GPP Jember. Subakri geram dan tidak menerima kabar itu sekaligus melaporkan tuduhan dugaan pencabulan itu kepada Polres Jember.
"Saya samasekali tidak pernah berbuat cabul seperti yang diungkapkan GPP. Jelas saya tidak terima dan sudah saya laporkan pencemaran nama baik saya ke polisi," kata Subakri.Ia juga menilai isu yang dihembuskan pihak GPP itu adalah cara untuk menghabisi karirnya sebagai salah seorang instruktur di STAIN Jember. Dalam laporan polisi bernomor STPL/577/XI/2007/Polres itu meminta agar koordinator aksi GPP, Halimatus Sadiyah untuk mencabut pernyataan soal pencabulan yang telah dibeber dan diekspos disejumlah media cetak dan elektronik. (p juliatmoko)
Terkait Noordin M Top ???
Perampok Berpistol Gasak Rp 75 Juta di Kantor Telisa

JEMBER- Kantor pembayaran rekening pelanggan telepon, listrik dan air (Telisa) di Jalan PB Sudirman 18 Jember dirampok sekitar pukul 13.30 WIB kemarin. Uang sekitar Rp 75 juta amblas dibawa kawanan perampok yang diperkirakan berjumlah 4 orang. Salah seorang saksi mata Tomi Soesanto yang juga petugas penyambungan PLN Jember mengatakan, perampok itu menyekap 5 orang yang berada di Kantor Telisa dengan lakban. Lima orang tenaga outsourching PLN Jember itu dua perempuan bernama Anis Rusmawati dan Sri Lestari. Sedangkan salah seorang petugas Satuan Pengamanan (Satpam) yakni Jumani dan dua petugas juru parkir yakni Anang dan Sukir juga disekap dengn lakban tidak bisa berbuat banyak. "Sekitar pukul 2 kurang seperempat siang, saya ditelpon oleh salah seorang petugas polisi dan mengabarkan kalau kantor Telisa dirampok. Saat itu saya yang masih berada di Jalan Semanggi dan langsung balik lagi ke kantor Telisa," kata Tomi Susanto. Ia kemudian melaporkan lagi kejadin itu ke Polres Jember dan sejumlah polisi langsung menuju ke tempat kejadian perkara yang saat itu sudah mulai ramai jadi tontotan warga dan pengguna jalan. Tomi Susanto yang pertama kali sampai di kantor Telisa kaget saat mendengar jeritan dua perempuan didalam. Sebab saat itu kondisi pintu dari besi sudah dalam keadaan tertutup dan perampkk sudah melarikan diri dengan menggondol uang. "Polisi langsung datang dan membuka paksa pintu kantor, selanjutnya menolong kelima korban. Salah seorang saksi Satpam mengatakan kalau perampok berjumlah 4 orang dan mereka menggunakan senjata pendek," ujarnya. Dengan keadaan dilakban itu, posisi kelima petugas Kantor Telisa itu dipaksa tengkurap dan diinjak oleh kaki si perampok. Sedangkan uang hasil pembayaran rekening ratusan pelanggan nilainya masing-masing dalam brankas Rp 50 juta dan Rp 25 juta dalam dompet Anis Rusmawati berhasil digasak perampok.Perampokan itu berawal saat loket pembayaran akan tutup. Pintu kantor itu sudah ditutup sebagian. Namun mendadak ada empat orang masuk ruangan kantor itu. Satpam dan juru parkir masuk ke ruangan itu untuk menemani kedua karyawati yang sedang menghitung uang hasil pembayaran listrik para pelangga pada saat itu. Empat orang laki-laki dengan berpakaian rapi, bahkan memakai dasi memasuki ruangan yang sudah hampir tutup itu. Tanpa curiga, Jumani menanyakan keperluan keempat orang itu. Empat orang itu berpura-pura akan membayar listrik. "Tetapi salah seorang yang membawa tas berwarna hitam malah mengeluarkan senjata api, kalau tidak salah jenis FN. Dan mengarahkannya ke wajah saya sambil berteriak 'diam semua dan jangan berteriak'," kata Satpam Kantor Telisa Jumani sebelum memberikan keterangan di Polres Jember.Dengan diancam pistol, perampok meminta Anis dan Sri Wulandari untuk membuka loker uang pembayaran rekening PLN dan membuka loker. Perampok langsung menggasak uang yang ada di dalamnya. Kemudian kedua karyawati yang telah menunjukkan uang tersebut juga diikat serta mulut dibekap. Sekitar 15 menit, perampok beraksi di kantor tersebut dan melarikan diri. Perampok kemudian mengunci para karyawan itu di dalam ruangan. Pintu kantor tersebut dikunci dari luar.Untungnya, salah seorang korban berhasil melepaskan diri dari sekapan itu dan langsung menelepon kantor PLN UPJ Jember yang bertempat di jalan Gajah Mada.Kini Personil Polres Jember memberi garis polisi warna kuning dan kantor Telisa diamankan. Sedangkan kelima orang yang menjadi korban penyekapan langsung dibawa ke kantor Polres Jember untuk dimintai keterangan. Salah seorang petugas PLN Jember Bambang Purwoko juga mengatakan, sekitar pukul 2 siang kemarin dia sempat menelpon ke Kantor Telisa dari Kantor PLN, namun tidak ada jawaban. "Biasanya kalau saya telepon langsung diangkat petugas. Setelah itu saya cek ke petugas lainnya, ternyata Telisa kena rampok," kata Bambang Purwoko. Ia mengatakan, tiap siang setelah menerima pelanggan membayar listrik biasanya uang yang nilainya puluhan juta langsung dikirimkan ke Bank Mandiri. Sampai petang kemarin polisi terus meminta keterangan kelima korban. Kasat Reserse dan Kriminal Polres Jember AKP Kholilur Rochman mengatakan, pihaknya menduga ada lima orang yang terlibat dalam perampokan itu. Salah satu pelaku diduga kuat menunggu di mobil berwarna krem yang di parkir di luar kantor itu. Perampok itu diduga kelompok perampokan bersenjata api asal dari Surabaya dan Sidoarjo yang beberapa waktu lalu sempat melakukan aksinya. "Kita berusaha untuk mengungkap kasus ini secepatnya. Bahkan koordinasi terus dengan Polda Jatim untuk membekuk mereka. Kami juga menduga salah satu pelaku perampokan baik di Surabaya, Sidoarjo adalah warga Jember," kata AKP Kholilur Rochman. Sedangkan keterlibatan orang dalam kantor Telisa, AKP Kholillur Rochman mengatakan masih menyelidiki, sebab keterangan korban masih simpang siur dan perlu diselidiki lebih dalam lagi. (p juliatmoko)
"Happy Valentine Ala Noordin M Top"
Polwil Besuki Bantah Penangkapan Noordin

(BONDOWOSO)- Kabar tertangkapnya kurir teroris Noordin M Top di Kabupaten Bondowoso oleh Densus 88 Antiteror dibantah keras oleh pihak Kepolisian Wilayah Besuki. Kepala Polisi Wilayah Besuki Kombes Suryandri Saiful saat dikonfirmasi melalui telepon genggamnya mengatakan, ia samasekali tidak mengetahui kalau Noordin M Top telah dibekuk diwilayah Besuki tepatnya di Bondowoso. “Saya sudah koodinasi dengan jajarn saya. Tidak benar ada penangkapan Noordin dan kurirnya," kata Kapolwil Besuki Kombespol Suryandri Saiful, kemarin. Ia juga mengaku tidak mendegar adanya kabar itu. Kalaupun ada penangkapan terotris yang dilakukan oleh Densus 88 Antiteror, maka kata dia sudah ada koordinasi lebih dulu dengan pihak Polwil Besuki dan Polres Bondowoso.Hal yang sama juga dikatakan oleh salah seorang sumber SINDO di intelijen jajaran militer yang mengatakan kalau dia memang menerima kabar ditangkapnya kurir teroris bersama Noordin M top. "Iu masih kabar burung, tapi kita terus waspada dan kontak terus dengan jajaran kami. Yang jelas kita tidak akan lengah kalau ada teroris masuk wilayah timur Jawa Timur," kata sumber yang enggan menyebut identitasnya itu. Sedangkan Kepala Polisi Resort Bondowoso AKBP Alfriandi mengatakan hal sama pula. Saat dikontak melalui ponselnya, dia justru baik bertanya "Informasi dari mana itu. Kok saya baru dengar dari anda". Ia juga mengatakan akan ada koordinasi intensif jika memang kabar itu benar terkait tindak lanjut penangkapan gembong teroris diwilayah Bondowoso. (p juliatmoko)
Ketika TKI Beribadah Di Hongkong
Dihantui Najis dan Curi Waktu Untuk Beribadah
JEMBER -Hidup merantau dinegeri tetangga ternyata tidak semudah yang dibayangkan kebanyakan orang. Membanting tulang dan memeras keringat untuk memburu dolar ternyata juga mengalami kendala yang tidak ringan. Seperti penuturan empat perempuan mantan TKI asal Dusun Mandigu Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo. Mereka yakni Hartati (28), Siti (29), Sutiah (31) dan Sunati (35) yang merupakan secuil suara dari ribuan TKI di Hongkong. Perempuan-perempuan tangguh ini setidaknya sudah lima tahun lebih berpengalaman menjadi pekerja kasar disana. Dikampungnya, mereka dikenal warga yang taat beragama. Namun mereka tidak bisa menyangka kalau di Hongkong justru mengalami hambatan dalam beribadah. Bayangan mereka sebelum meninggalkan kampung dan menuju Hongkong yakni bekerja mencuci dan memasak serta merawat rumah majikan ternyata tidak semuanya benar. "Rasanya saat tiga bulan pertama bekerja disana memang tertekan. Untuk ibadah saja harus mencuri-curi waktu. Sebab majikan tidak memperbolehkan melakukan hal lain selain bekerja, apalagi ibadah," tutur Hartati. Tidak hanya itu, saat ia dipaksa untuk merawat anjing kesayangan majikan, Hartati merasa jijik. Namun saat itu tidak ada pilihan lain, sebab merawat anjing juga membawa kertas koran untuk menaruh kotoran anjing. Hal yang sama juga dikatakan Siti. Ia saat bekerja di Hongkong memiliki majikan berkebangsaan India. Disana Siti tidak diperbolehkan membawa peralatan ibadah seperti mukenah. Sebab selain dilarang oleh pihak agen, majikan juga merasa takut kalau sewaktu-waktu melihat Siti tengah beribadah."Pernah suatu waktu saya ibadah, kemudian ada majikan dan anaknya melihat saya. Mereka langsung pingsan," kata Siti. Dari kejadian itu, akhirnya si majikan merampas peralatan ibadahnya yang berwarna putih. Demikian pula dengan Sutiah yang mengaku mengalami hal yang sama. Bahkan untuk bisa beribadah, dia terpaksa harus menyembunyikan mukenah dia dalam bungkusan tas dan ditumpuk dengan baju lainnya."Saya selalu berusah curi-curi waktu untuk bisa beribadah. Sebab hukumnya shalat lima waktu itu kan wajib," kata Sutiah. Ia juga tidak kehilangan akal, agar kain mukenah yang dia kenakan tidak terlalu menakutkan majikan, maka warnanya diubah."Jadi, mukenah saya tidak ada yang berwarna putih. Kalau tidak biru ya hijau," ujarnya.Meski demikian, Sutiah tetap saja tidak kapok untuk bekerja lagi di Hongkong. Sebab ia mengaku memangs sudah menjadi resiko bekerja di Hongkong, asalkan tidak menjadi korban kekerasan. Dari bekerja di Hongkong itulah, para TKI biasanya sepulang dari Hongkong mampu membeli beberapa petak sawah."Sebagian untuk membuka usaha kecil-kecilan dirumah," katanya.Sedangkan Sunati menuturkan, selama ini kewajiban beribadah selalu menjadi kendala yang dialami TKI di Hongkong. Padahal sepengetahuan dia, peraturan soal TKI yang paling rapi yakni di Hongkong. Sedangkan Khatib Syuriah PBNU KH Ahmad Syadid saat memberikan solusi atas kendala ibadah yang dialami TKI di Hongkong. Dalam diskusi yang dia lakukan di Pondok Pesantren Pesantren Nurul Anwar Padomasan Kecamatan Jombang, kalau sudah menyentuh najis maka menurut hukum Islam harus menyucikannya dengan air sebanyak tujuh kali sebelum melakukan shalat."Nah, kalau si majikan atau agen melarang ibadah wajib, itu justru yang salah. Ini sangat memalukan, sebab devisa yang didapat TKI tidak bisa digantikan dengan hak syariat Islam bagi TKI muslim," kata KH Ahmad Syadid. Ia juga menyatakan, mestinya pemerintah dan kedutaan besar segera merumuskan aturan yang membeikan keleluasaan pada TKI muslim agar mendapatkan kelonggaran dalam beribadah. (p juliatmoko)

Minggu, 10 Februari 2008




Kerugian Banjir Bandang Tembus Rp 38,005 Miliar

BONDOWOSO -Taksiran kerugian materiil akibat banjir bandang yang melanda di 13 kecamatan dan 29 desa di Kabupaten Bondowoso membengkak. Jika sebelumnya Pemkab Bondowoso memperkirakan nilai kerugian mencapai Rp 18,870 miliar, kini kerugian membengkak menjadi Rp 38,005 miliar dan itu masih belum termasuk nilai kerugian yang dialami korban banjir bandang. Bupati Bondowoso Mashoed mengatakan, kerugian terbesar dialami infrastruktur dari Dinas Bina Marga yang meluputi bangunan jembatan dan jalan.
"Dari Dinas Bina Marga kerugian total mencapai Rp 18,459 M," kata Mashoed, kemarin.Ia juga menambahkan, untuk kerugian yang dialami Dinas Pengairan mencapai sekitar Rp 13,610 miliar dan Dinas Permukiman mencapai Rp 1,875 miliar. Sedangkan Dinas Pendidikan mengalami kerugian materiil Rp 1,149 miliar yang meliputi kerusakan gedung sekolah terparah di SDN 1
Cangkring Kec Prajekan, ruangan sekolah dan sejumlah peralatan sekolah. Untuk kerugian materiil dari Dinas Pertanian mencapai Rp 351,132 juta dan nantinya kerugian itu akan diberikan pada petani yang menjadi korban berupa bibit tanaman. Sementara untuk sektor Dinas Perkebunan Rp mengalami kerugian 2,561 miliar yang meliputi tanaman keras dan kayu produksi. "Jadi kerugian akibat banjir bandang membengkak total menjadi sekitar Rp 38,005 M. Padahal kemampuan APBD yang diambilkan dari anggaran tak tersangka kita hanya sebesar Rp 4 miliar," katanya. Untuk itu dia akan mengusulkan pada pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi agar segera memberikan bantuan. "Yang jelas kami mempriotaskan infrastruktur pendidikan agar lebih cepat diselesaikan. Untuk kebutuhan lainnya tetap harus dilaksanakan,"
katanya. Ia juga menambahkan, penyebab banjir bandang itu diduga ada sejumlah wilayah hutan yang gundul. Selain itu curah hujan yang tinggi dari kondisi rata-rata menyebabkan waduk di dam Sampeyan Baru yang kini mengalami pendangkalan itu tidak mampu menampung air hujan. Akibatnya, air dan itu meluber disertai air hujan yang cukup tinggi dan menghanyutkan rumah warga serta merusak fasilitas umum."Kini kita mengambil langah darurat berupa pembuatan dam-dam kecil serta membuat kanal-kanal sungai agar tidak terjadi penumpukan air menyusul curah hujan yang masih tinggi. Sampai saat ini tidak ada pengungsian, sebab warga hanya pindah ke tetangga yang lokasinya lebih
aman," ujarnya. Seperti diketahui banjir bandang melanda Kabupaten Bondowoso dan Situbondo sejak dua hari lalu. Kini air bersih dan bahan makanan bagi korban banjir menjadi kebutuhan utama. Berdasarkan laporan bencana alam yang dilansir Pemkab Bondowoso, kecamatan yang mengalami kerusakan terparah yakni Kecamatan Prajekan yang meliputi empat desa yakni Desa Cangkring, Walidono, Prajekan Lor, dan Tarum. Di Desa Cangkring menyebutkan 1 jembatan putus, 65 rumah rusak berat, 2 sekolah rusak. Sedangkan di Desa Walidono ada sekitar 3 kilometer jalan desa rusak, untuk di Desa Prajekan Lor da 55 unit rumah warga rusak dan di Desa Tarum mengalami kerusakan jembatan putus.Selain itu kerusakan terparah juga dialami Kecamatan Klabang di 3 desa yakni Desa Wonoboyo, Desa Leprak dan Desa Besuk. Di tiga desa itu sedikitnya 100 hektar sawah rusak, 5 jembatan rusak, 8 dam rusak dan 1 plengesengan ambrol. Sementara Sementara di Kecamatan Tapen menyebutkan, dua desa mengalami kerusakan berupa 300 meter jalan poros desa rusak, 2 jembatan nyaris putus, 10
rumah terdendam serta kerusakan di salah satu sekolah dasar dan pagar masjid.Sementara pantauan SINDO di Desa Kemuningan Desa Kemuningan Kecamatan Taman Krocok menyebutkan masih terjadi banjir susulan. Banjir susulan itu mengakibatkan hanyutnya 3 rumah warga dan merusak bagian depan Masjid Nurul Anwar yang berdekatan dengan sungai Kemuningan.Kepala Desa Kemuningan, Sumaksus mengatakan, puluhan kepala keluarga disana masih merasa was-was jika terjadi banjir susulan."Hujan deras masih saja terjadi. Kini warga was-was, kalau cuacanya begini terus, kami akan mengungsi kelokasi yang lebih aman," kata
Sumaksus.Ia juga menambahkan, banjir susulan yang terjadi itu setinggi 2 meter dari permukaan normal sungai setinggi 1 meter. Akibatnya selain rumah ada yang hanyut, sebuah jembatan tua berbahan beton pun jika ikut terancam ambrol. Sebab selain derasnya aliran sungai, juga ada bebatuan dan kayu gelondongan yang juga ikut terseret arus dan menghantam 8 rumah warga, jalan dan jembatan. Dalam kesempatan itu DPP PKB melalui Sekretaris Jenderal Yeni Zanubah Wahid turut memberikan bantuan berupa beras, obat-obatan dan mi instan.
Selain itu rombongan Yeni yang termasuk fungsionaris DPW dan DPC PKB juga menyampaikan bantuan dana segar Rp 40 juta."Kita melalui dua anggota DPR RI dari daerah pemilihan PKB Bondowoso dan Situbondo yakni Azwar Anas dan Amin Said Husni meminta agar
pemerintah segera memberikan bantuan berupa kebutuhan dana untuk infrastruktur dan rumah korban banjir," kata Yeni Zanubah Wahid. Selain itu, ia juga meminta agar pemerintah Bondowoso melakukan tanggap darurat bencana dalam menangani korban banjir. Sedangkan Azwar Abdulah Anas menyampaikan anggaran bencana secara nasional kini mencapai Rp 4 triliun dan perlu didistribusikan pada daerah yang terkena banjir bandang
seperti Bondowoso dan Situbondo. "Kita juga meminta agar penanganan bencana juga disertai dengan dibuatnya payung hukum seperti peraturan presiden setelah dirumuskannya
undang-undang no 24 Tahun 2005 soal Bencana Alam," kata Azwar Anas. Ia juga menambahkan, soal kerusakan bangunan sekolah memang perlu diprioritaskan agar tidak menggangu kelancaran siswa saat menghadapi ujian dalam waktu dekat ini. (p juliatmoko)

Tabel Pekiraan Kerugian Materiil :
1. Dinas Bina Marga kerugian Rp 18,459 miliar
2. Dinas Pengairan Rp 13,610 miliar
3. Dinas Permukiman Rp 1,875 miliar
4. Dinas Pendidikan Rp 1,149 miliar
5. Dinas Perkebunan Rp 2,561 miliar
6. Dinas Pertanian mencapai Rp 351,132 juta
Total kerugian Rp 38,005 Miliar(Sumber : Pemkab Bondowoso)

Kamis, 07 Februari 2008

Siswa SMK Jadi Korban Kekerasan dan Pelecehan Seksual
Dihajar, Ditelanjangi Terus Diambil Gambar Lewat Ponsel

JEMBER -Dunia pendidikan kembali tercoreng. Salah seorang siswa kelas 1 Sekolah Menengak Katolik (SMK) Santo Paulus Jember, Dani Sugiarto yang masih berumur 17 tahun mengalami pelecehan seksual dan kekerasan fisik. Pelecehan itu dilakukan dengan menelanjangi korban dan kekerasan fisik saat korban dipukuli oleh sekitar 8 orang temannya. Saat berada dirumahnya di Jalan Mastrip 7 Kecamatan Kota Kab Bondowoso, korban mengaku kalau kekerasan dan pelecehan itu karena ia dituduh salah seorang temannya bernama Roki mengintip teman perempuannya. "Saya dituduh Roki telah mengintip Stella dikamar mandi saat acara di PantaI Watu Ulo. Padahal saya tidak melakukan itu," ungkap Dani Sugiarto yang juga warga keturunan Tionghoa beragama muslim ini, kemarin. Akhirnya Roki yang menyebar kabar itu dengan mengontak teman-temannya dan menggiring Dani ke sebuah rumah kosong di belakang Kantor Polres Jember. Rumah itu tidak jauh dan berlokasi tepat di belakang SMK Santo Paulus. Di rumah kosong bekas studio radio swasta itu, pada Rabu (30/2) usai pulang sekolah sekitar pukul 1.45 WIB, Dani dipukuli dan sempat diancam untuk mengakui perbuatannya oleh sekitar 8 teman Stela dan seorang diantaranya bernama Stevi yang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya."Saya tidak berani melawan, kalau melawan saya malah babak belur," ujarnya. Setelah dipukuli, ponsel berkamera milik Dani dirampas dan digunakan temannya untuk mengambil Dani ketika ditelanjangi. Selain itu, ternyata teman yang menghajar Dani sampai mukanya babak belur dan mengeluarkan darah itu juga mengambil gambar Dani telanjang bulat dengan ponsel berkamera. Setelah kejadian kekerasan itu, Dani merasa tertekan secara psikologis dan ia tidak mau masuk sekolah karena masih trauma. Sepulang kejadian tragis itu, ayah Dani yakni Haji Alim merasa tidak terima dengan apa yang diperbuat teman putera keduanya itu."Jelas kami tidak bisa menerima. Anak saya sampai sekarang masih trauma dan sudah seminggu ini tidak masuk sekolah. Saya juga sudah lapor ke polisi untuk minta diselesaikan secara hukum," kata H Alim.Ia juga mengatakan, Dani telah dipanggil dan diperiksa penyidik Polres Jember beberapa hari lalu untuk dimintai keterangan. Syangnya penyidik masih lamban untuk mengusut kasus ini. "Kami juga sudah bertemu dengan guru bimbingan dan konseling Dani disekolahnya. Malah Dani disuruh untuk mengakui kalau telah mengintip Stella, padahal itu tidak pernah terjadi," ujarnya. Dari ingatan Dani, ada sejumlah nama yang dikira sebagai pelaku kekerasan dan pelecehan seksual pada dirinya. Mereka diantaranya siswa SMK Santo Paulus Jember yakni bernama Dedi alias Ipin, Johan Paus, Yohan, Tomi Pandu. Sedangkan dua diantaranya bernama Toni dan Yudha merupakan pelaku yang berasal dari siswa SMA Setya Candika.Sementara pihak Kepala Kepala Sekolah Santo Paulus Antonius Sumardi merasa prihatin dengan adanya kasus kekerasan dan pelecehan seksual disekolahnya. Namun ia berjanji akan menindaklanjuti masalah itu secara kekeluargaan dulu. "Itu kan terjadi diluar jam sekolah. Sebab ada pelaku yang masih aktif sekolah dan ada yang sudah lulus sekolah. Kita saat ini masih mengumpulkan data siapa saja pelaku," ujar Antonius Sumardi. Ia juga menambahkan pihaknya sudah mengetahui kalau Dani beserta orang tuanya telah melaporkan ke polisi. Meski demikian, ia masih belum mengetahui kalau pelaku kekerasan dan pelecehan seksual itu berjumlah 8 orang. (p juliatmoko)


Pasien Gizi Buruk Mirip Bocah Etiopia

JEMBER - Penyakit gizi buruk kembali memakan korban. Kali ini yang menjadi pasien dan dirawta di RSUD dr Soebandi adalah bocah berumur 3 tahun bernama Audio Viki Pratama warga Desa cangkring Kecamatan Jenggawah. Menurut catatan rumah sakit, ia sudah 4 kali keluar masuk rumah sakit namun tidak juga merubah kondisi kesehatannya. Kini Viki kondisinya tengah kritis karena juga terserang penyakit TBC. Badannya menjadi sangat kurus dan kelihatan sekali tulang belulangnya. Ia bahkan mirip dengan kondisi bocah di negeri Etiopia saat mengalami kelaparan dan dengan perut yang membusung. Anak pasangan Mualis dan Wati ini tragisnya juga tidak mampu membiayai anaknya untuk memeriksakan kesehatannya pada dokter yang telah ditunjuk sebelumnya. "Kesehatan viki terus menurun hingga berat badannya mencapai 4,8 kilogram," kata Mualis, kemarin saat menunggui anaknya. Padahal berat badan normal bocah seusianya seharusnya mencapai 14 kilogram. Riwayat kesehatan Viki memburuk sejak usianya 9 bulan dam bocah ini tidak lagi minum air susu ibu (asi) tapi hanya diganti dengan makanan lauk pauk tempe dan tahu saja. Minimnya gizi dan vitamin menyebabkan Viki sulit untuk berdiri tegak layaknya anak normal seusianya. Viki hanya bisa menangis tergolek lemas di tempat tidurnya. Sayangnya saran dokter meminta Viki untuk tetap kontrol kesehatan tidak dilakukan dengan alasan tidak memiliki biaya. Sedangkan orang tua Viki sendiri hanya bermatapencaharian pekerja musiman dengan pendapatan sangat minim. Seperti diketahui, selama tahun 2007 pasien penderita gizi buruk di Jember mencapai 340 pasien dan 10 anak diantaranya meninggal dunia. Angka itu menandakan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk anak ternyata masih rendah.Sedangkan dokter RSUD Subandi Jember yang biasa menangani gizi buruk dr Gebyar mengatakan, Viki mengalami kekurangan gizi berupa minimnya asupan karbohidrat. Selain itu, ia juga terkena infeksi paru-paru yang terus menggerogoti. Sebelumnya Viki pernah dirujuk ke rumah sakit hingga 4 kali, namun putus obat menyebabkan kondisnya makin mengenaska. Kini tim dokter terus melakukan perawatan intensif.
Pada minggu pertama pola penanganan pada kedua balit itu yakni menstabilkan kesehatannya."Kalau pasien kedinginan akan hangatkan. Kalau terinfeksi harus segera ditangani. Jika Hb kurang harus ditranfusi," kata dr Gebyar.
Kata dia, penanganan pada pekan pertama merupakan masa kritis. Pasien gizi buruk yang berada dalam kondisi parah mudah tertular pernyakit, karena kekebalannya menurun. Jika terlewati dengan baik, maka harapan untuk sembuh cukup besar. Setelah masa kritis dan penyembuhan lewat, masuk fase rehabilitasi. Dalam fase ini, pasien harus mendapat makanan dengan asupan gizi yang cukup. "Saat ini yang penting bagi kedua balita itu yakni memberikan kecukupan gizi berupa protein, lemak, dan karbohidrat," ujarnya.Ia juga menambahkan, faktor penyebab gizi buruk kata dia selama ini adalah karena faktor sosio ekonomi di masyarakat. Selain itu, kondisi pasien yang dipulangkan ke rumah nantinya diharapkan tetap terjaga dan rumah sakit akan mengirimkan resume medis ke puskesmas terdekat. (p juliatmoko)

M Y P E O P L E

V i s i t o r

counter