Puluhan Siswa SD Trauma Jadi Korban Pemukulan Guru
JEMBER - Dunia pendidikan di Jember seakan tidak pernah berhenti dari kasus-kasus yang memalukan. Kali ini tindak kekerasan guru terhadap siswa berupa pemukulan terulang. Hal itu terjadi di SDN Sukorejo II Kecamatan Bangsalsari. Berdasarkan infromasi disekolah itu, ada dugaan kuat pelaku tindak kekerasan adalah guru Turiyat, 50, mata pelajaran Bahasa Indonesia. Turiyat diduga telah berkali-kali melakukan pemukulan terhadap puluhan siswa kelas 5 dan 6 SD itu. Akhirnya puluhan wali siswa SDN Sukorejo II ramai-ramai mendatangi sekolah itu untuk memprotes kepada pihak Kepala Sekolah. Wali siswa juga mendesak agar guru Turiyat segera dipindah dari sekolah itu. Saat siswa yang menjadi korban pemukulan diminta untuk menceritakan kejadian itu justru seluruh siswa perempuan malah menangis seakan masih mengalami trauma yang mendalam. Kebanyakan siswa itu ketakutan untuk menuturkan tragedi pemukulan yang menimpa siswa. Satu siswa kelas 6 SD Sukorejo, Farida, mengatakan, sebenarnya dia takut untuk memberikan cerita pemukulan guru terhadap dirinya dan teman-temannya. "Pemukulan itu bukan sekali terjadi. bahkan sering. Siswa dipukul itu adalah siswa kelas 5 dan 6. Kami tidak tahu kok tiba-tiba dipukul tanpa alasan," tutur Farida, tadi siang. Pemukulan yang dilakukan Turiyat itu dengan menggunakan alat pembersih debu serta sapu ruang kelas. Guru itu seperti dituturkan para siswa, memukul pada bagian kepala dan badan siswa. Sayangnya, pengaduan wali siswa belum mampu membuktikan bekas pukulan guru itu. Selain itu, pernah suatu saat pelajaran berlangsung, tanpa alasan jelas, ketika sejumlah mengambil mengambil buku pelajara, tiba-tiba dihukum dan dipukul. "Bahkan kayu sapu pernah patah setelah dugunakan untuk memukul," katanya. Para siswa juga ada yang mengaku kalau guru Turiyat itu seringkali memukul dengan cara menjitak dengan cicin yang dipakainya. Salah seorang satu wali siswa yang mengadukan kasus pemukulan itu, Ahmad Sahroni mengatakan penyesalannya atas kejadian itu. "Makanya kami protes agar sekolah bertindak. Yang jelas jangan sampai kejadian itu terulang. lebih baik guru itu dipindah kesekolah lain, karena anak kami tidak ingin jadi korban," kata Ahmad Sahroni.Saat berada disekolah, ketika diminta konfirmasi, Turiyat menampik seluruh tudingan yang ditujukan pada dirinya. "Saya hanya sekali memukul pada Senin lalu. Itu juga karena siswa salah dengan mengambil buku tugas yang dikumpulkan sebelumnya. Belum disuruh, tiba-tiba mereka sudah mengambil buku," aku Turiyat. Turiyat juga mengakui kalau tindakannya salah dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Sedangkan Kepala SDN Sukorejo 2, Syaikun mengatakan, dirinya tidak mengetahui persisi kasus pemukulan yang terjadi di sekolahnya. "Kami tahu malah saat wali siswa datang ke sekolah. Tapi jika benar ada laporan itu, maka akan diproses," janji Syaikun. Kasus itu selanjutnya juga dilaporkan ke Unit Pelaksana Tugas Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Bangsalsari dan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten (Dispendik) Jember. Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Pendidikan TK-SD Dispendik Jember, Jumari mengatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan dari pihak SDN Sukorejo 2 Kecamatan Bangsalsari atas kasus itu. "Kita langsung ke sekolah itu dan sempat berbicara dengan para wali siswa, mereka minta guru itu dipindah. Kita sarankan kepada pihak sekolah untuk melapor kepada UPTD Bangsalsari dan pengawas sekolah di kecamatan," kata Jumari. Selanjutnya, kata Jumari atas Laporan itu segera diteruskan kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Jember untuk dipertimbangkan apakah akan dilakukan proses mutasi guru Turiyat atau tidak. "Kepala sekolah dan guru juga setuju untuk ditempatkan dimana saja jika sudah tidak dimaui oleh sekolah itu. Kita tunggu saja laporan UPTD Bangsalsari jika proses kepindahan Turiyat dilanjutkan," ujarnya. (p juliatmoko)
Penggelap Gaji Guru Dieksekusi Setahun Penjara
JEMBER - Kasus penggelapan gaji guru kurun waktu 2000-2001 kembali diangkat. Kemarin, jaksa penuntut umum akhirnya berhasil mengeksukusi terdakwa Kartika Indrasuwani yang merupakan pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Pemkab Jember. Berdasarkan putusan kasasi Mahkamah Agung, terdakwa Kartika dihukum satu tahun penjara karena menggelapkan gaji guru SD se-Kecamatan Jelbuk senilai Rp 27,6 juta. Saat dieksukusi ke Lapas Kelas IIA Jember, Kartika sempat merengek dan akan pingsan karena merasa tidak siah mendekam di hotel prodeo. Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jember M Basyar Rifai mengatakan, terdakwa Kartika didakwa pasal 3 UU Tindak Korupsi Tahun 1999."Dia menggelapkan gaji guru nilainya puluhan juta dengan membuat daftar gaji dengan menambah atau merubah atau me-mark up gaji guru SD se-Jelbuk," terang M Basyar Rifai.Dia juga menambahkan, dari me-mark up gaji guru itu, terdakwa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4,5 juta dan uang itu dijadikan salah satu barang bukti. Sebelumnya terdakwa Kartika oleh Pengadilan Negeri Jember juga divonis satu tahun penjara dengan denda 15 juta. Selanjutnya oleh Pengadilan Tinggi Jawa Timur kembali divonis satu tahun penjara namun tanpa uang pengganti."Akhirnya Mahkamah AGung memutuskan menolak kasasi dari permohonan terdakwa Kartika dan dia harus membayar biaya perkara Rp 2.500. Selanjutnya dia kita eksekusi untuk dihukum penjara di lembaga pemasyarakatan," ujarnya. Sejumlah jaksa yang turut melakukan eksekusi itu yakni dirinya dan Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Jember Agus Mulyono. Basyar juga menambahkan, dari pihak terdakwa akhirnya mengajukan peninjauan kembali atas putusan Mahkamah Agung dan rencananya akan digelar persidangan itu pada Jum'at lusa di Pengadilan Negeri Jember. (p juliatmoko)
Operasi Pekat Sikat 137 Tersangka
JEMBER - Sepekan menjelang puasa Ramadhan Kepolisian Resor (Polres) Jember bertindak tegas terhadap tindakan yang meresahkan masyarakat. Bahkan dalam operasi yang dilakukan dengan sandi Operasi Pekat Raung Yustisi 2008, Polres Jember berhasil menindak tiga katagoeri penyakit masyarakat yakni perjudian, lokalisasi liar dan peredaran minuman keras.Kabag Ops Polres Jember Kompol Teduh TSW mengatakan, dalam Operasi Pekat Raung Yustisi 2008 yang digelar sejak 13 sampai 27 Agustus 2008 itu setidaknya sudah berhasil menindak sekitar 107 kasus di 107 tempat kejadian perkara dengan mengamankan sekitar 137 tersangka."Untuk operasi perjudian ada 16 kasus dengan 30 tersangka, barang bukti berupa alat perjudian. Sedangkan untuk operasi minuman keras ada sekitar 53 kasus atau tempat kejadian perkara dan 3 tersangka berhasil diamankan. Sedangkan untuk kasus premanisme ada 54 tersangka yang sudah diamankan dari 38 kasus yang ada," terang Kabag Ops Polres Jember Kompol Teduh TSW, kemarin. Dia juga menambahkan, operasi menjelang Ramadhan itu biasanya yang diresahkan masyarakat juga terkait persoalan prostitusi liar. Bahkan di sejumlah lokasi cafe tertentu di Jember diduga menjadi tempat transanski degan pekerja seks, namun belum ditertibkan oleh pihak kepolisian. Sedangkan Kapolres Jember AKBP Ibnu Isticha menyatakan, untuk operasi sweeping yang lebih berhak saat ini memang dilakukan oleh pihak kepolisian dan bukan dari unsur lain seperti organisasi masyarakat. "Ormas seperti FPI atau yang lain tidak memiliki kewenangan untuk sweeping. Dasarnya apa kalau mereka melakukan sweeping ?," kata Kapolres Jember AKBP Ibnu Isticha untuk mencegah aksi sweeping sepihak yang terkadang sekelompok Ormas. Dia juga menganalogikan, kewenangan kepolisian untuk melakukan sweeping temat-tempat yang diduga meresahkan masyarakat sudah sudah berdasarkan undang-undang. (p juliatmoko)
Penerbangan Komersiil Bandara Belum Ada Kejelasan
JEMBER- Meski Bandara Notohadinegoro Jember sudah dilakukan pendaratan perdana sebagai uji coba penerbangan, namun pengoperasian penerbangan bandara yang terletak di Kecamatan Ajung ini secara komersiil masih belum ada kejelasan. Padahal dilihat dari sisi infrastruktur dan kebutuhan masyarakat, bandara ini sangat didambakan segera beroperasi dan bisa melayani penerbangan Jember-Surabaya pulang-pergi. Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Jember SUnarsono mengatakan, hingga sepuluh hari lebih sejak pendaratan perdana bandara, belum ada rencana launching atau pembukaan untuk penerbangan komersiil."Bandara masih dalam proses kajian dari oleh Dapartemen Perhubungan Udara. Kajian itu diantaranya tes landing perdana serta perlunya izin reguler penerbangan," kata Sunarsono.Hasil kajian tes landing perdana itu juga tidak ada waktu kapan izin pengoerasian komersiil itu bisa terbit. "Yang jelas, lebih cepat lebih baik. Saat ini ada tim dari pusat turun langsung untuk meninjau infrastruktur yang masih kurang. Diantaranya meninjau marka, perkembangan pembangunan apron, taxi way. Pembangunan apron saya kira suda 90 persen, dan peninjuan itu merupakan bagian kurang sebelumnya," ujarnya.Meski belum ada izin penerbangan komersiil, namun dikabarkan sudah banyak pemesanan tiket untuk penerbangan Jember-Surabaya. Tapi kabar itu ditampik oleh Sunarsono. "Tiket belum ada yang inden, kok. Per sheet-nya nanti dipatok Rp 300 ribu," ujarnya.Pada beberapa hari lalu, Sunarsono sempat memberikan penyambutan saat pendaratan helikopter yang ditumbagi rombongan Menegpora Adhyaksa Dault. Mestinya jika mendarat di bandara lebih pas menggunakan pesawat kelas kecil. "Saya tidak tahu kenapa mendaratkan helikopter saja kok di bandara," katanya.Untuk melayani penerbangan komersial rencananya pihak Perusahaan Perkebunan Daerah (PDP) ditunjuk sebagai BUMD untuk menjamin carteran pesawat di Maskapai Aero Express PT TRI MG dan segera merealisasikan
penerbangan. Jadwal penerbangan saat ini sudah disusun. Terkait safety flight atau keamanan penerbangan, Sunarsono menjamin bahwa secara teknis dan kemampuan operator bandara tidak akan terjadi gangguan. "Baik menara pantau, alat komunikasi, kelaikan pesawat, dan keamanan lain telah dipersiapkan dengan matang. Pihak Aero Express sendiri telah menjamin keselamatan penumpang dengan mengasuransikan ticket penumpang tersebut sesuai aturan standart pelayanan bandara," katanya.
Dengan belum adanya pengoperasian bandara secara komersiil itu, anggota DPRD Jember Komisi C Ahmad Halim mengatakan, dengan beroperasionalnya bandara, maka penerbangan komersial diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh Surabaya Jember melalui perjalanan darat. "Pemkab harus segera mengurus segala kelengkapan penerbangan komersiil. Ini sudah lama ditunggu masyarakat Jember," kata Ahmad Halim. Dia juga menambahkan, jika sudah operasisecara komersiil maka ada dampak positif terharap pembangunan yang ada di Jember. "Jika menggunakan pesawat, waktu tempuh yang diperlukan hanya sekitar 30 menit, sedangkan melalui jalur transportasi darat dibutuhkan sekitar empat hingga lima jam. Operasionalisasi penerbangan komersial bisa membuka ruang investasi, sebab para pelaku bisnis seringkali mengaku panjangnya waktu tempuh menjadi faktor menghambat ke Jember," ujarnya. (p juliatmoko)
Mutiara Timur Anjlok, Lima Jam Penumpang Terlantar
LUMAJANG - Pihak PT KAI Daops IX harus lebih memperhatikan lagi kondisi bantalan rel kereta api, apalagi menjelang angkutan Lebaran bulan depan. Kejadian yang satu ini memang diharapkan tidak terjadi lagi. Kemarin dini hari sekitar pukul 2.53 WIB, kereta api Mutiara Timur nahas mengalami anjlok di Kilometer 147 berlokasi antara Stasiun Jatiroto dan Stasiun Randuagung Kabupaten Lumajang. KA Mutiara Timur berpenumpang sekitar 600 orang dengan tujuan Banyuwangi-Surabaya. Diduga kuat, dilokasi anjloknya kereta tersebut masih dilakukan perbaikan bantalan dan balas rel. "Kereta itu anjlok diduga karena ada bantalan rel yang kurang pas. Kita masih terus menyelidiki penyebab lain," kata Pengawas PT KAI Daops IX Jember Eko Sumintha, kemarin.Dia juga mengatakan, kereta api Mutiara Timur itu terdapat 9 rangkaian gerbong yang terdiri dari 2 kereta eksekutif, 1 kereta makan dan 7 kereta bisnis. Tak ayal dari kejadian anjloknya kereta itu, ratusan penumpang sempat tertahan sekitar 5 jam sambil menunggu perbaikan bantalan rel untuk melanjutkan perjalanan kembali."Kita tetap memperhatikan sebagian penumpang dengan memberikan minum dan makan. Sebagian kecil mengembalikan tiket, namun sebagian besar menunggu kereta sampai normal. Tidak ada korban jiwa atau cedera dalam kejadian ini," katanya.Sedangkan Humas PT KAI Daops IX Jember Haryanto mengatakan, kereta yang anjlok itu rinciannya yakni 1 as dan 2 roda pada gerbong tepat dibelakang lokomotif. Setidaknya ada tiga kereta api yang tertahan tidak bisa berangkat sesuai jadwal yakni KA Logawa tertahan sekitar 162 menit, KA Cantik tertahan 82 menit dan KA Tawang Alun tertahan di tasiun Rambipuji selama beberapa menit. "Untuk kereta Sri Tanjung berangkat sesuai jadwal, sebab tepat pukul 8.37 pagi kondisi bantalan rel dan kereta yang anjlok sudah normal kembali. Jadi, kereta yang berangkat duluan, ya kereta Mutiara Timur," terang Haryanto.Berdasarkan catatan PT KAI Daops IX Jember dalam tahun ini sudah ada 4 kejadian kereta anjlok antara lain, KA Sri Tanjung yang anjlok di Jatiiroto, KA Mutiara Timur anjlok kemarin dan dua kereta barang yang anjlok diantaranya di Stasiun Rambipuji Jember. "Para penumpang yang naik kereta anjlok itu sudah dievakuasi ke stasiun. Lokasinya tidak memungkinkan bagi penumpang untuk pindah angkutan ke bus karena lebih lama," katanya. Atas kejadian itu, ada seorang penumpang yang mengalami kerugian yang cukup berarti. Abdul Halim warga yang berasal dari Kecamatan Glanmor-Banyuwangi mengalami kaki gajah selama satu tahun terpaksa gagal melakukan operasi ke RSU dr Sutomo Surabaya karena keterlembatan waktu akibat kejadian kereta yang ditumpanginya anjlok. Jika kereta itu tidak anjlok, dia merencanakan ke dokter sekitar pukul 8 pagi untuk memeriksa penyakitnya langsung bisa langsung dioperasi. Akhirnya operasi yang sedianya dilakukan kemarin terpaksa diundur dengan waktu yang belum ditentukan. (p juliatmoko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar