Sabtu, 23 Agustus 2008







Tak Disambut Bupati Djalal, Menpora Marah-marah, Ngambek, Langsung Pulang
Menegpora Adhyaksa Dault : "Bupati Jember (MZA Djalal) Tak Sopan !!!"


JEMBER- Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ) 2008 tercoreng moreng. Tidak seperti biasanya. Tamu yang datang ke Jember selevel Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault tidak disambut resmi oleh Bupati Jember MZA Djalal. Si Menpora merasa diacuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Jember dan akhirnya memutuskan pulang ke Jakarta. Awalnya Adhyaksa Dault datang ke Jember melalui Bandara Notohadinegoro Jember diagendakan pukul 09.00 WIB. Namun ternyata molor sekitar hampir dua jam. Kedatangannya diperkirakan menggunakan pesawata kapasitas kecil, namun ternyata hanya menggunakan helikopter dengan pembuatan helipad darurat dari batu kapur diatas tanah kering. "Agenda kedatangan menteri jam 9. Kita disini tidak tahu rencana itu, panitia semua amburadul," kata salah satu petugas Bandara Notohadinegoro yang tidak ingin namanya disebut, kemarin. Saat di bandara pun tidak ada penyambutan khusus kenegaraan oleh Pemkab Jember. Yang ada saat itu yakni Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Jember Sunarsono dengan tampilan kasual beserta staf, pengurus PKS, KNPI, KONI Jember dan sebuah spanduk selamat datang dengan ejaan nama menteri yang salah seperti "Adhyarsa Dault".Kemarahan Adhyaksa Dault tampak saat tiba di Universitas Muhammadiyah Jember usai shalat Jumat. Kehadirannya di Gedung Achmad Zaenuri Unmuh Jember tanpa sambutan seperti layaknya pejabat tinggi negara dengan kunjungan kenegaraan. Saat keluar masjid, wajahnya tampak murung. Sekretaris Kabupaten Djoewito ketika menyapa Adhyaksa Dault tak dihiraukannya. "Saya ini datang ke Jember katanya dapat surat Pak Bupati untuk menghadiri Tajemtra. Karena itu olahraga rakyat, saya batalkan banyak acara dan ke sini. Tapi yang mengundang di sini, Sekda tidak ada. Bupati tidak ada. Lebih baik saya pulang," timpal Adhyaksa Dault, kemarin.Adhyaksa Dault juga mengatakan, kedatangannya merupakan agenda resmi kenegaraan sebagai menteri. "Tapi sampai di sini ternyata simpang siur. Ada yang rapat DPD, saya pulang saja. Besok hari ada acara di Solo, Minggu acara di Cipanas," tandasnya dengan nada tinggi. Dia juga menyesalkan penjemputannya di bandara. Yang menjemput dirinya bahkan pengurus KNPI. Padahal mestinya Jember memiliki tuan rumah dan Pemkab Jember wajib menyambut tamunya. Kedatangannya ke Jember, kata dia terpaksa membatalkan hadir pada tiga acara yang sudah diagendakan. "Orang itu tidak lama jadi bupati, tidak lama jadi menteri. Yang lama itu persahabatan. Jadi bupati tidak selamanya. Jadi sekda tidak selamanya. Jadi presiden tidak selamanya," timpalnya lagi.Meski merawa kecewa berat datang ke Jember, dia tidak menolak jika suatu saat diundang lagi datang ke Jember. Tapi katanya harus ada koordinasi yang baik. Selanjutnya Adhyaksa Dault meminta kepada beberapa stafnya, yang salah satunya mantan pebulutangkis dunia Icuk Sugiarto yang kini menjadi deputi di Menpora untuk tetap di Jember. Para staf itu juga diminta mengikuti pembukaan gerak jalan Tanggul Jember Tradisional yang digelar hari ini. Menpora yang kelahiran Sulawesi itu take off di Bandara Notohadinegoro dengan menggunakan helikopter milik Gudang Garam sekitar pukul 13.00. Saat itu tanpa ada salam lepas keberangkatan yang samasekali tidak dihadiri Bupati Jember MZA Djalal. Sedangkan Sekretaris Pemkab Jember Djoewito sempat menyampaikan permintaan maaf pada Menpora Adhyaksa Dault. Namun tak digubris. Bupati Jember MZA Djalal melalui Sekretris Pemkab Jember Djoewito mengaku sudah meminta maaf jika ada kekurangan dalam penyambutan Menpora Menpora Adhyaksa Dault. "Saya sudah sampaikan permintaan maaf pada Menpora," kata Djoewito saat bertemu dengan Menpora Adhyaksa Dault di Unmuh Jember. Saat di Unmuh Jember, Djoewito didampingi Kepala Dinas Perhubungan Sunarsono dan Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Jember Achmad Sudiyono. "Pemkab sudah koordinasi dan perencanaan untuk menyambut Menpora. Kedatangannya suhda ada kepastian sejak Senin lalu. Kita juga tidak tahu sambutan resmi seperti apa dan semeriah apa yang diinginkan Menpora," katanya.Selain itu dirinya bersama dua kepala dinas yang mendampingi itu sudah mendapatkan perintah langsung dari Bupati Jember MZA Djalal. "Pak bupati sudah menginstruksikan kita untuk memberikan sambutan dan mendampingi terkait semua kegiatan BBJ di Jember. Bupati berhalangan bertemu dengan Menpora karena ada tugas menghadiri acara ke DPD," terangnya. (p juliatmoko)


Kader PDIP Minta Ketua Cabangnya DibuiAda Dugaan Geger Pencalegan

JEMBER (SINDO)- Menjelang penentuan masa pencalegan, suhu politik internal partai mulai memanas. Setelah PKB Pro Gus Dur berhasil merampas berkas pencalegan PKB pro Muhaimin di Kantor KPUD, kini giliran puluhan kader PDIP yang diduga kuat tidak puas dengan hasil nomor urut pencalegan melakukan aksi demonstrasi. Aksi demo itu dikemas dengan mengusung isu desakan segera diprosesnya secara hukum Kusen Andalas yang juga Ketua DPC PDIP Jember terkait kasus tindak pidana korupsi dana operasional dewan dan bantuan hukum. Kasus yang dihadapi Kusen yang kini menjabat Wakil Bupati Jember itu sebenarnya satu paket dengan terdakwa Ketua dan Wakil DPRD Jember Madini Farouq dan Machmud Sardjujono. Dua pimpinan dewan itu tersangkut kasus dana operasional dewan dan dana bantuan hukum senilai Rp 1,1 miliar dan kini masuk penjara Lapas Jember. Puluhan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Jember ngluruk Kantor Kejaksaan Negeri dan Pengadilan Negeri Jember. "Kalau Gus Mamak (Madini Farouq) dan Machmud saja bisa diproses pengadilan dan dipenjara, kenapa Kusen Andalas tidak bisa ?. Kita minta presiden menerbitkan izin untuk memeriksa tersangka Kusen," timpal koordinator aksi, Siswono, kemarin. Siswono yang juga pengurus DPC PDIP itu menurut kabar diluar merasa tidak puas dengan nomor urut pencalegan didaerah pemilihannya. Namun karena otoritas Ketua DPC PDIP Jember yang sangat berlebihan, mantan Ketua Pimpinan Anak Cabang Mumbulsari ini tidak mendapatkan nomor urut yang dipastikan mendapatkan jatah kursi dewan.Dari pantauan, tampak tiga pengurus DPC PDIP antara lain Tabroni, Pandu Winata dan Siswono yang mendampingi dan sempat melakukan orasi politik persoalan Kusen Andalas. Dalam aksi yang mengatasnamakan Warga PDIP Menggugat itu juga diikuti dua aktivis LSM yakni Indonesia Beureucracy Watch (IBW) dan Gempar. Meski demikian saat dikonfirmasi tiga pengurus cabang itu menampik kalau demo yang dilakukan dilatar belakang persoalan pencalegan. "Kita hanya minta Kusen sama diperlakukan seperti terdakwa Mamak dan Machmud. Jadi harus diproses hukum. Kalau perlu kejaksaan menangkap dan menjebloskan secepatnya," kata Pandu Winata.Dalam aksi itu, mereka mengusung sejumlah spanduk diantaranya berbunyi, "SBY tebang pilih, kenapa P-21 Kusen macet ?", "Gus Mamak-Machmud ditahan, Kusen kapan ?", "Segera pengkot Kusen", "Babat habis koruptor Jember" dan poster lainnya. Para pendemo saat aksi di Kantor Kejaksaan Negeri Jember sempat ditemui pimpinan yakni Elvis Johny. "Kita terima apa aspirasi PDIP. Tapi terkait kasus yang dihadapi Kusen, kita menyerahkan sepenuhnya pada Kejati Jatim karena masih kewenangan lembnaga diatas kita," timpal Elvis Johny. Tidak puas mendatangi kejaksaan dan menyampaikan pernyataan sikap, puluhan kader banteng gemuk moncong putih itu bergeser ke Kantor Pengadilan Negeri Jember. Saat menemui pendemo, Ketua Pengadilan Negeri Jember Charis Mardijanto mengatakan, persoalan yang dihadapi Kusen sebenarnya masih dalam kewenangan kejaksaan. "Kita tidak berani mengambil tindakan, karena itu masih kewenangan jaksa. Soal izin pemeriksaan, aturannya dari presiden," kata Charis Mardiyanto.Seperti biasanya, saat Ketua DPC PDIP Jember dikonfirmasi melalui ponselnya berkali-kali ada nada sambung namun tidak diangkat. Saat akan ditemui di kantornya Kusen tidak ada ditempat. Sementara melalui Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPC PDIP Jember Yusuf Iskandar mengatakan, pihaknya akan menyerahkan sepenuhnya proses yang dihadapi Kusen Andalas sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku."Kita tidak akan ikut campur tangan soal hukum. Mestinya kalau ada yang mengatasnamakan kader PDIP, maka jangan main otot namun otak. Kalau tindakan itu justru direaksi dengan demo, justru akan merugikan partai, sekarang kita masih bahas soal ada tidaknyanya sanksi internal dari partai," kata Yusuf Iskanda. Dia juga menambahkan, dalam waktu dekat DPC PDIP ada rencana akan meminta tanggapan dari pimpinan anak cabang dengan adanya demo tersebut. Yusuf menampik kalau akar persoalan itu berawal dari ketidakpuasan nomor urut pencalegan."Itu persoalan lain, memang tidak ada suatu keputusan partai yang bisa memuaskan semua pihak. Kita sudah biasa dengan adanya pro dan kontra, dulu saya pernah kecewa dengan pencalegan tapi tidak demo dan diselesaikan secara musyawarah," katanya. (p juliatmoko)


Jelang Ramadhan, Prostitusi Dirazia

BONDOWOSO - Menjelang bulan puasa Ramadan, Polres Bondowoso maki gencar memerangi praktik prostitusi. Sejumlah hotel kelas melati pun turut diobok-obok karena ada dugaan tempat perselingkuhan. Selanjutnya lokasi yang biasa digunakan tempat mangkal pekerja seks komersiil juga disikat. Dari razia itu, polisi berhasil menangkap tiga orang pekerja seks komersial liar dan mucikarinya. Selain itu terdapat seorang lelaku hidung belang di tempat prostitusi liar yang berlokasi di Desa Koncer Kecamatan Tenggarang atau dikenal "Bu Ri". "Mereka tertangkap basah saat melakukan tindakan asusila," kata Kasat Samapta AKP Hendrik Purwono, kemarin. Dia juga menambahkan, operasi tempat prostitusi liar dilakukan mendadak sama dengan merazia beberapa hotel kelas melati yang diduga tempat pasangan selingkuh beberapa waktu lalu. Saat dilakukan razia, para penghuni lokalisasi liar sempat berhamburan lari ke sawah. "Kita sempat kejar-kejaran dengan para PSK," katanya.Akhirnya polisi berhasil menangkap lima orang yakni tiga PSK, satu mucikari, dan satu laki-laki hidung belang. "Beberapa orang lainnya berhasil kabur, karena suasananya gelap. Kita akan terus mengejar dia," katanya. Kelima orang itu langsung digiring ke Mapolres Bondowoso. Saat di kantor polisi, tiga PSK merengek-rengek minta dibebaskan. Meski demikian, setelah didata identitasnya, mereka kemudian diberi peringatan dan dipulangkan agar tidak mengulangi aksinya menjelang buulan puasa Ramadhan. Sedangkan Kabagops Polres Bondowoso Kompol Latief mengatakan, meski tiga PSK, satu orang mucikari, dan satu orang laki-laki hidung belang dipulangkan, namun tetap diproses secara sesuai ketentuan hukum. "Mereka akan kita jerat pasal 506 KUHP tentang prostitusi. Tapi tidak kami tahan, sebab ancaman hukumannya hanya 1 tahun, mereka hanya dikenakan wajib lapor ke polisi," kata Kabagops Polres Bondowoso Kompol Latief. (p juliatmoko)

Tidak ada komentar:

M Y P E O P L E

V i s i t o r

counter