Jumat, 18 Januari 2008


Banjir-Longsor Terjang Bondowoso

BONDOWOSO - Hujan deras selama tiga jam lebih mengakibatkan banjir dan sebagian tebing longsor tepatnya di Dusun Krajan Desa Wonoboyo Kecamatan Klabang Kab Bondowoso. Sebagian besar rumah penduduk yang rusak parah karena kemasukan air bercampur lumpur itu berada di lereng Gunung Puteri.Dari pantauan, dua desa yakni Desa Wonoboyo Kab Bondowoso dan Desa Rajegwesi Kab Situbondo sempat terputusa karena jalan yang menghubungkan kedua desa itu terkena longsor. Selain itu, puluhan rumah penduduk terendam air bercampur lumpur serta menggenangi rumah penduduk setinggi 1 meter. Air lumpur yang menggenangi rumah penduduk itu mayoritas tingkat ekonominya berada dibawah garis kemiskinan. Tak ayal, usai banjir itu sejumlah warga di Desa wonoboyo dan Desa Rajekwesi selanjutnya membersihkan rumah mereka masing-masing dan mengeluarkan barang rumah tangga yang terkena luapan lumpur.Longsoran tanah tebing itu diantaranya berupa batu berukuran besar yang menutupi jalan desa hingga selebar 5 meter. Kendaraan yang bisa lewat hanya roda dua saja sedangkan kendaraan roda empat harus berputar haluan dengan melintasi jalur Kabupaten Situbondo dengan tambahan jarak waktu tempuh sekitar 4 jam untuk mencapai lokasi bencana.Banjir air lumpur itu meluap setelah Sungai Ambulu yang mengalir dari Pegunungan Puteri itu tidak mampu menampung banyak dan derasnya arus air sungai pasca hujan deras. Sebagian warga yang menyelamatkan diri ketika banjir dan longsor menerjang, akhirnya berhasil menyelamatkan diri dengan mendaki lereng perbukitan serta mengungsi ke kantor desa setempat. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam bencana ini.Salah seroang warga Desa Wonoboyo, Ilyas Soleh mengatakan, hujan deras yang mengguyur desanya itu sebeenarnya sudah sejak siang hingga malam hari. "Warga banyak yang cemas saat hujan deras. Saat ada kabar banjir, sebagian warga menyelamatkan diri sambil berlarian mencari tempat yang lebih tinggi dan aman," kata Ilyas Soleh, kemarin.Kata dia, bencana banjir dan lonsgor ini juga menyebabkan beberapa lereng perbukitan dengan kemiringan lebih dari 70 derajat menjadi makin rawan longsor. Longsor itu salah satunya juga diakibatkan tidak kuatnya tanaman penyangga yang kebanyakan ditanami jagung dan pisang. Sementara Camat Klabang Rusminto saat dihubungi melalui ponselnya mengatakan, penyebab banjir itu diakibatkan jebolnya dam di Dusun Krajan Desa Wonoboyo Kecamatan Klabang. Akibatnya jalur transportasi antar desa sempat terputus dan sejumlah sawah yang ditanami padi berumur 2 bulan juga terendam. "Dam di Dusun Krajan jebol pada malam hari, usai hujan deras dari siang sampai malam hari," kata Rusminto. Ia juga mengatakan setelah dam yang sudah berumur tua itu jebol, air dam yang biasanya bisa menampung air akhirnya meluber ke jalanan dan perumah warga. Namun demikian ia menampik adanya rumah yang terendam. Rusminto setelah meninjau lokasi menyampaikan hanya ada sekitar sepuluh rumah yang kemasukan air setinggi 30 centimeter. Sedangkan untuk persawahan hanya ada sekitar 4 heltar saja yang terendam. "Untuk jalan ke Dusun Bungko masih tertimbun tanah bebatuan setinggi empat meter. Luapan sungai Wonoboyo itu menyebabkan perbatasan Desa Rejakwesi kabupaten Situbondo sempat tergenang air sepanjang 25 meter," ujarnya. Akibat banjir dan tanah longsor itu, kerugian sementara ditaksir tidak lebih dari Rp 100 juta. (p juliatmoko)

9 Titik Longsor Putus Jalan Desa

JEMBER -Sebanyak sembilan titik yang terdapat di area perhutani dilaporkan terjadi longsor. Tepatnya lokasi itu berada di Bukit Curah Mas, yang terletak di Desa Pace dan Mulyorejo Kecamatan Silo. Akibatnya jalur transportasi warga desa Mulyorejo kecamatan Silo yang berada di area hutan terputus. Sejumlah warga terus membersihkan tanah yang longsor itu agar dapat menghubungkan desa Mulyorejo yang terletak di dataran lebih tinggi ke desa-desa di daerah rendah. Salah seorang warga Jamal mengatakan, akibat gerusan hujan saat ini, longsor paling parah ada di Petak 17 yang berlokasi di Desa Pace dan Petak 18 pada Desa Mulyorejo, Resort Pemangku Hutan (RPH) Perum Perhutani Jember. "Meski lokasi longsor jauh dari rumah warga tetapi kondisi ini tetap mengkhawatirkan. Sebab, di bawah bukit tadi, terdapat rumah-rumah penduduk, yang dihuni sekitar 500 Kepala Keluarga," kata Jamal.Sedangkan Kepala Desa Mulyorejo Jailani mengatakan, sembilan titik yang longsor di daerah bukit memiliki diameter rekahan cukup besar, yakni 20 – 25 meter. "Longsoran terjadi di areal yang terdapat tanaman jagung. Akar jagung memang tidak cukup kuat mengikat air hujan dalam tanah," ujar Jaelani.Pohon-pohon yang seharusnya menyangga tanah yang miring untuk mencegah tidak longsor, kondisinya telah gundul digantikan dengan tanaman jagung dan palawija. Sayangnya, lahan yang sebetulnya dikuasai Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Jember itu, dibabat oknum pesanggem dan lembaga swadaya masyarakat dari luar kota Jember. "Kita hanya bertindak sebagai buruh yang mengerjakan lahan. Kita khawatir ketika hujan akan rawan sekali terjadi longsor, yang jelas kami yang dirugikan," ujarnya.Sementara reboiasasi terus dilakukan oleh pihak Pemkab Jember di daerah Sukorambi dan Kencong untuk menghindari potensi bencana baniir dan tanah longsor. Bibit tanaman reboisasi itu berupa tanaman buah seperti durian, manggis dan rambutan. Sedangkan Administratur KPH Perhutani Jember Taufik Setyadi mengatakan, ada dugaan kuat LSM itu menurunkan tim yang disebut Tim Sebelas untuk beroperasi di hutan dan memprovokasi warga untuk mengklaim lahan. "Pantauan kami, sebelum bibit ditanam, sudah dirusak. Bahkan ada warga yang membabat palawija yang tumbuh di areal hutan lindung dipukul oleh aktivis Tim Sebelas ini. Mereka telah kami laporkan ke polisi," kata Taufik Setyadi.Kini dua orang warga yang merusak bibit tanaman juga masuk dalam daftar pencarian orang. Perhutani rencananya akan mengambil tindakan tegas dan meminta kepada kepolisian untuk menangkap para perusak hutan. Sebab jika dibiarkan maka warga sana sendiri dan LSM akan melakukan perusakan lahan yang telah direboisasi.Perusakan oleh oknum pesanggem terhadap 80 ribu bibit pohon yang ditanam di hutan lindung Baban Silosanen itu terdapat oknum pesanggem ini diidentifikasi 15 keluarga. Mereka tinggal di hutan dan selama ini menanami areal hutan dan lereng yang curam dengan jagung dan menyebabkan potensi tanah longsor. Selain itu, kata dia sebanyak 60 ribu bibit pohon buah siap tanam diracun oleh pihak yang menentang penghijauan. "Kami telah menyiapkan bibit-bibit baru pada akhir Januari seluruh proses penghijauan harus kelar. Perusakan ribuan bibit itu terjadi sudah tiga pekan. Bibit-bibit itu sudah di-round up, belum ditanam dan masih ditempatkan di petak 14 blok 12 sampai 14," terangnya. Atas perusakan itu pihak Perhutani sempat menghitung kerugian hingga Rp 21 juta."Yang jelas kami akan terus melanjutkan penghijauan. Pada tahun 2007 sudah 6.200 hektare hutan lindung yang dihijaukan," ujarnya. (p juliatmoko)


FPPD Desak Ketua PD Mundur

JEMBER - Konflik internal Partai Demokrat Jember terus memanas. Puluhan kader Partai Demokrat yang tergabung dalam Forum Penyelamat Partai Demokrat (FPPD) mendesak agar Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat (PD) Jember Saptono Yusuf, agar mundur tampuk kepemimpinannya. Desakan mundur yang mereka sampaikan itu berada di depan Gedung DPRD Jember yang sebelumnya sudah dibangun tenda darurat keprihatinan kader PD Jember. Aksi itu sempat membakar foto Saptono Yusuf dan membubuhkan tanda tangan dan cap jempol darah di atas kain putih karena kader selama ini sudah merasa jengkel.Mereka juga memampang sejumlah spanduk kecaman terhadap Saptono Yusuf diantaranya "Muscablub Yang Digelar Saptono Merugikan Kader-Kader Demokrat Lama", "Saptono Harus Turun Dan Mempertanggungjawabkan Perbuatannya, Kader Demokrat Resah Akibat Ulah Saptono" dan nada kecaman lain. Puluhan kader itu juga secara bergantian melakukan orasi untuk menyampaikan tuntutannya.Sekretaris FPPD Jember Edi Susanto mengatakan, desakan mundur terhadap Saptono sudah final. Sebab sejak pelantikan hingga saat ini Saptono dianggap tidak mampu mengkoordinasikan internal pengurus partai. "Dalam urusan pengambilan keputusan partai, Saptono hanya melibatkan pengurus yang mendukung kebijakannya saja. Tanpa melibatkan pengurus yang lain," kata Edi Susanto, kemarin.Edi yang juga Wakil Sekretaris Bidang Bencana Alam PD Jember ini menambahkan, dirinya saja sampai saat ini juga tidak pernah dilibatkan dalam urusan internal partai. "Persoalan ini sudah kami laporkan kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Kita juga menduga ada oknum pengurus partai yang menerima setoran Saptono, jadi tidak ada langkah apapun dari partai," katanya.Selain itu, muncul kabar kalau pembagian jatah calon legislatif antara DPC dan Koordinator Daerah Partai sudah dijalankan secara diam-diam dan tidak melibatkan pengurus. Hal senada juga disampaikan Wakil Sekretaris Bidang Pariwisata DPC Partai Demokrat Hedi Hidayat. Menurut dia, keputusan untuk bergabung dengan FPPD karena sudah kecewa atas kepemimpinan Saptono. "Saptono kami anggap telah gagal memimpin Demokrat. Dia sangat arogan dan melanggar AD/ART. Contohnya, pembekuan terhadap 25 dari 31 Pengurus Anak Cabang itu tidak benar. Begitu pula tidak dilibatkannya pengurus harian untuk membahas kebijakan internal partai," kata Hedi Hidayat. Sedangkan Ketua DPC PD Jember Saptono Yusuf tidak terlalu menanggapi aksi protes maupun desakan mundur yang dilakukan massa FPPD."Kami memandang aksi itu tidak masuk akal. Kami sudah berjalan pada jalur aturan partai, kenapa kok malah didemo," kata Saptono Yusuf. Ia juga menyesalkan adanya pihak tertentu yang melakukan provokasi agar konflik internal terus bergejolak. (p juliatmoko)

Tidak ada komentar:

M Y P E O P L E

V i s i t o r

counter