Kaum Miskin Terus Berjatuhan...
Dua Korban Trafficking Hilang di Malaysia
JEMBER -Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa itu melekat pada keluarga Rupiah (42) warga Dusun Kasian Desa Serut Kecamatan Panti. Dua anggota keluarga Rupiah dikabarkan hilang kontak di Malaysia. Rupiah yang awalnya ingin bekerja sebagai tenaga kerja wanita ke Malaysia, namun justru menjadi korban trafficking. Ia juga sebelumnya ingin mencari adik kandungnya yang sudah 10 tahun di Malaysia, tapi hingga kini masih kehilangan kontak. Tidak hanya itu, ia juga merasa kehilangan keponakannya yang sudah 15 tahun berada di Malaysia. Artinya, Rupiah kehilangan 2 anggota keluarganya yakni adiknya bernama Tiah dan keponakannya bernama Siti Fatimah alias Khotim yang saat itu berangkat ke Malysia masih berumur 16 tahun. Sedangkan Tiah yang juga berangkat secara ilegal ke negeri Jiaran saat berangkat masih berumur sekitar 18 tahun. Sayangnya upaya untuk menemukan kedua anggota keluarga itu kandas dan justru Rupiah menjadi korban penyiksaan agen penyalur tenaga kerja. Bahkan kini dia harus terbaring di kamar rumahnya yang pengap karena menderita penyakit liver dan kencing manis."Sebelum saya berangkat ke Malaysia, keluarga sempat kontak. Tapi saat di sana, ketika dihubungi lagi tidak bisa," ungkap Rupiah, Minggu (13/1). Sayangnya lagi, nomor kontak ponsel itu tidak disimpan oleh Rupiah dan ia kesulitan untuk mendapatkan pertolongan saat disiksa agen.Sedangkan ibu Siti Fatimah, Poniah (27) yang juga adik kandung mengungkapkan, dia kehilangan anaknya yang sudah bekerja di Malaysia sekitar 10 tahun lebih. Pada bulan-bulan pertama tiba di Malaysia, Siti Fatimah sempat mengirim uang yang lumayan untuk membantu kehidupan di Jember. Namun beberapa tahun kemudian, yang dikirim oleh Siti Fatimah sebenarnya mau transfer uang. Tapi ternyata ada beberapa surat yang sampai di tangan keluarga Jember dan hanya berupa bukti transfer kosong."Bukti transfer itu difotokopi oleh Siti. Tapi saat diambil uangnya di bank, ternyata tidak bisa. Kata petugas bank, surat transfer itu tidak asli," keluh Poniah.Ia juga mengatakan, dalam keberangkatan ke Malaysia itu sebenarnya melalui calo bernama Jumino warga Wuluhan. Jumino diduga sindikat pelaku trafficking yang kini terus dimintai informasi perihal anggota keluarga yang hilang oleh keluarga Rupiah. Sayangnya Jumino yang merekrut secara ilegal terhadap remaja dikampungnya itu sulit sekali dihubungi.Sedangkan Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia Jawa Timur (SBMI Jatim) M Kholili mengatakan, pihaknya terus melakukan penelusuran terhadap anggota keluarga Rupiah yang hilang kontak di Malaysia. Selain itu ia juga mendesak agar Dinas tenaga Kerja Pemkab Jember dan Polres Jember melakukan pengusutan terhadap pelaku trafficking di Jember."Sejumlah nama yang hilang kontak dari keluarga Rupiah terus kita cari dengan menghubungi jaringan kami yang ada di Jakarta dan Malaysia, termasuk tetangganya yang juga jadi korban trafficking," kata M Kholili. Ia juga mengatakan, kedua anggota keluarga Rupiah yang bekerja di Malaysia itu kemungkinan identitas diri berupa paspor sudah kedaluwarsa. Selain itu ada dugaan lain kalau keduanya sudah berganti identitas karena memang ada paksaan dari pihak agen atau sindikat trafficking di Indonesia atau Malaysia.Hal yang sama juga dikatakan Kepala Bidang Pelatihan dan Perekrutan Tenaga Kerja Disnaker Pemkab Jember M Hasyim. Pihaknya berjanji akan menangani kasus yang menimpa keluarga Rupiah. Meski belum menerima informasi hilangnya kontak dua anggota keluarga Rupiah, namun ia akan terus mengusut kasus ini."Yang jelas, bukan soal hilang atau tidak dan ilegal atau tidak TKI itu. Segala permasalahan yang dihadapi TKI akan kita tangani," kata M Hasyim. Dalam pengusutan kasus itu, ia akan melibatkan Tim Satuan Tugas Penanggulangan TKI yangt terdiri dari Polres Jember, Disnaker dan Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Jember."Untuk penanganan kesehatan Rupiah sudah jelas akan dibawa ke Puskesmas, kalau tidak tanggung, maka dirujuk ke rumah sakit. Berdasarkan instruksi bupati, dia akan dibebaskan dari tanggungan biaya pengobatan," pungkasnya. (p juliatmoko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar