Kamis, 10 Januari 2008


Kurang ajar... !
Sindikat Trafficking Siksa TKW

JEMBER-Derita tenaga kerja wanita asal Jember kembali mencuat. Kali ini menimpa Rupiah (42) seorang warga Dusun Kasian Desa Serut Kecamatan Panti. Keinginan untuk bekerja di Malaysia sekaligus menemukan adiknya yang telah bekerja disana 10 tahun akhirnya kandas.
Tragisnya, Rupiah selama 6 bulan mendapat siksaan oleh pelaku perdagangan manusia atau trafficking berupa tidak diberi makan. Akibatnya dia sakit liver dan dalam kondisi itu ia terus dipaksa bekerja. Awalnya, Rupiah memang dijanjikan oleh seseorang yang diduga pelaku sindikat trafficking asal Kecamatan Wuluhan untuk bisa bekerja di Malaysia. Untuk bekerja disana tidak ada prasyarat yang sangat sulit. Bahkan tiap tiga bulan sekali, ia berhasil membawa sejumlah remaja yang masih dibawah umur untuk diperdagangkan menjadi TKW di Malaysia. Rupiah akhirnya mau menyediakan kartu tanda penduduk dan menyetujui perjanjian yakni 4 bulan gaji pertama akan diberikan pada agen pengirim. "Sesampai di agen Malaysia, saya ditempatkan dipenampungan Tanjung Pinang," tutur Rupiah saat berada dirumahnya, kemarin.Di penampungan itu, Rupiah masih "dijual" kepada penyalur tenaga kerja ilegal. Rantai tekong TKW kata dia setidaknya ada dua jaringan lebih. Selanjutnya Rupiah dipekerjakan di salah seorang majikan di Malaka Malaysia."Pada awalnya saya senang dapat bekerja. Tapi oleh majikan justru tidak digaji selama dua bulan," ujarnya. Dia juga sempar dituduh mencuri
oleh majikan. Meski tuduhan itu tidak terbukti dengan kerelaan Rupiah untuk digeledah oleh majikan dan sindikat trafficking. Dia mengaku juga sempat ditelanjangi.Usai tertimpa kasus itu, Rupiah dikembalikan ke penampungan lagi. Tidak berselang lama, dipekerjakan lagi kepada majikan dengan bekerja merawat seorang nenek usia lanjut. Nasib malang begitu menyertai Rupiah. Gaji pertama yang dia dapat justru diambil paksa oleh si tekong. Ia akhirnya memutuskan untuk tidak bekerja dan menunggu majikan lainnya yang mau merekrutnya melalui sindikat trafficking. Majikan Rupiah selanjutnya masih saja memperlakukan dia dengan kasar. Bahkan gaji yang hanya sekitar 60 ringgit kembali diambil paksa oleh tekong. "60 Ringgit itu sebenarnya untuk pengobatan sakit saya. Tapi oleh agen hanya dibelikan bubur dan buah yang sudah busuk," kata ibu dengan dua anak ini.Dalam kondisi sakit itu, Rupiah akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Malaysia dan mendapatkan perawatan medis. Oleh dokter di rumah sakit itu ia dikatakan terkena penyakit kencing manis dan sempat diambil darahnnya untuk dites. Namun justru setelah diuambil darahnya itu, sakit yang diderita makin parah. Parahnya lagi ketika ada petugas yang memeriksa kelengkapan surat TKW, Rupiah tidak bisa menunjukkan. Surat-surat berupa paspor itu diduga dirampas oleh sindikat trafficking untuk dijual lagi pada calon tenaga kerja lainnya dengan manipulasi data dan foto. Selanjutnya Rupiah dikembalikan kepada agen pengirim. Sayangnya selama enam bulan mendapat siksaan itu, tidak ada yang bertanggungjawab atas keadaan Rupiah. Pihak agen akhirnya memulangkan dia dengan bekal uang saku sekitar Rp 1 juta. Pemulangannya pun tidak lewat jalur resmi,
tapi lewat jalur darat untuk sampai dari pelabuhan Batam ke Surabaya. Kini Rupiah terbaring sakit liver dikamar tidur rumahnya yang berukuran 1 x 2 meter. Setelah ditelisik, yang menjadi korban trafficking di Dusun Kasian tidak dia saja. Sedikitnya ada 6 orang usia remaja termasuk
keponakan Rupiah.Ditempat yang sama, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Perwakilan Jawa Timur M Kholili mengatakan, Rupiah dan beberapa warga
tetangganya itu jelas menjadi korban perdagangan manusia untuki dipekerjakan di Malaysia atau negara lainnya."Kita minta agar polisi dan Dinas Tenaga Kerja Jember melakukan pengusutan dalam kasus ini. Sebab ulah sindikat itu sudah keterlaluan dan
memakan banyak korban," timpal M Kholili.Ia juga mendesak agar Rupiah mendapatkan perhatian oleh Dinas Tenaga Kerja Pemkab Jember dengan membawa korban ke rumah sakit."Kita sudah kontak dengan dinas, katanya bersedia memberikan perawatan sakit dan psikologis dengan dibawa ke Puskesmas Panti. Tapi sekarang kita masih menunggu tindak lanjut dinas," katanya. (p juliatmoko)

Tidak ada komentar:

M Y P E O P L E

V i s i t o r

counter