Pasien Gizi Buruk Mirip Bocah Etiopia
JEMBER - Penyakit gizi buruk kembali memakan korban. Kali ini yang menjadi pasien dan dirawta di RSUD dr Soebandi adalah bocah berumur 3 tahun bernama Audio Viki Pratama warga Desa cangkring Kecamatan Jenggawah. Menurut catatan rumah sakit, ia sudah 4 kali keluar masuk rumah sakit namun tidak juga merubah kondisi kesehatannya. Kini Viki kondisinya tengah kritis karena juga terserang penyakit TBC. Badannya menjadi sangat kurus dan kelihatan sekali tulang belulangnya. Ia bahkan mirip dengan kondisi bocah di negeri Etiopia saat mengalami kelaparan dan dengan perut yang membusung. Anak pasangan Mualis dan Wati ini tragisnya juga tidak mampu membiayai anaknya untuk memeriksakan kesehatannya pada dokter yang telah ditunjuk sebelumnya. "Kesehatan viki terus menurun hingga berat badannya mencapai 4,8 kilogram," kata Mualis, kemarin saat menunggui anaknya. Padahal berat badan normal bocah seusianya seharusnya mencapai 14 kilogram. Riwayat kesehatan Viki memburuk sejak usianya 9 bulan dam bocah ini tidak lagi minum air susu ibu (asi) tapi hanya diganti dengan makanan lauk pauk tempe dan tahu saja. Minimnya gizi dan vitamin menyebabkan Viki sulit untuk berdiri tegak layaknya anak normal seusianya. Viki hanya bisa menangis tergolek lemas di tempat tidurnya. Sayangnya saran dokter meminta Viki untuk tetap kontrol kesehatan tidak dilakukan dengan alasan tidak memiliki biaya. Sedangkan orang tua Viki sendiri hanya bermatapencaharian pekerja musiman dengan pendapatan sangat minim. Seperti diketahui, selama tahun 2007 pasien penderita gizi buruk di Jember mencapai 340 pasien dan 10 anak diantaranya meninggal dunia. Angka itu menandakan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk anak ternyata masih rendah.Sedangkan dokter RSUD Subandi Jember yang biasa menangani gizi buruk dr Gebyar mengatakan, Viki mengalami kekurangan gizi berupa minimnya asupan karbohidrat. Selain itu, ia juga terkena infeksi paru-paru yang terus menggerogoti. Sebelumnya Viki pernah dirujuk ke rumah sakit hingga 4 kali, namun putus obat menyebabkan kondisnya makin mengenaska. Kini tim dokter terus melakukan perawatan intensif.
Pada minggu pertama pola penanganan pada kedua balit itu yakni menstabilkan kesehatannya."Kalau pasien kedinginan akan hangatkan. Kalau terinfeksi harus segera ditangani. Jika Hb kurang harus ditranfusi," kata dr Gebyar.
Kata dia, penanganan pada pekan pertama merupakan masa kritis. Pasien gizi buruk yang berada dalam kondisi parah mudah tertular pernyakit, karena kekebalannya menurun. Jika terlewati dengan baik, maka harapan untuk sembuh cukup besar. Setelah masa kritis dan penyembuhan lewat, masuk fase rehabilitasi. Dalam fase ini, pasien harus mendapat makanan dengan asupan gizi yang cukup. "Saat ini yang penting bagi kedua balita itu yakni memberikan kecukupan gizi berupa protein, lemak, dan karbohidrat," ujarnya.Ia juga menambahkan, faktor penyebab gizi buruk kata dia selama ini adalah karena faktor sosio ekonomi di masyarakat. Selain itu, kondisi pasien yang dipulangkan ke rumah nantinya diharapkan tetap terjaga dan rumah sakit akan mengirimkan resume medis ke puskesmas terdekat. (p juliatmoko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar