Rabu, 05 Maret 2008

Masyaallah, TKW di Negeri Arab Dipaksa Suntik Payudara
Hingga Jadi Penari Striptis

JEMBER - Nasib tenaga kerja wanita diluar negeri selalu diiringi pilu dan keptihatinan mendalam. Betapa tidak, bermaksud mencari sesuap nasi dengan merantau dinegeri tetangga, eh malah menjadi siksa bulan-bulanan majikan. Apalagi siksa itu tidak hanya berupa kekerasan fisik, namun kekerasan seksual hingga menyebabkan trauma psikologis. Nasib memilukan itu dialami oleh dua TKW yakni Titik Sunjani, 36, dan Kunnainah Binti Nur Hamid Kairun, 31 yang keduanya merupakan warga Dusun Watukebo Desa Andongsari Kecamatan Ambulu. Penuturan yang paling menyedihkan diungkapkan Titik Sunjani yang menjadi TKW di Kota Al Hazm
Arab Saudi. Ia mengaku justru mendapat paksaan dijadikan penari striptis dengan mengenakan baju seksi rok mini dengan kaos you can see."Rumah majikan saat itu banyak didatangi tamu hidung belang. Setiap hari aku disuruh merawat badan dengan lulur dengan menggunakan baju
seksi, setiap kali ada tamu aku disuruh melayani dengan menyuguhkan minuman keras wiski dan berjoget didepan mereka," tutur Titik Sunjani, Rabu (5/3). Titik Sunjani pun juga dipaksa untuk melakukan suntik payudaranya oleh majikan. Sebab majikan menganggap kalau payudara Titik kempes dan tidak menarik bagi lelaki hidung belang. Ia pun juga nyaris diperkosa oleh anak majikan yang saat itu bersamaan waktu mendengar majikan perempuannya melayani tamu hidung belang. "Saat majikanku melayani tamu laki-lakinya, terdengar desahan keras hingga terdengar anak laki-lakinya. Pada waktu itu pula anak majina mulai menggodaku dan mengejar aku hingga nyaris diperkosa," ucapnya. Keluhan itu disampaikan kepada
majikan perempuannya, namun samasekali tidak digubris dan menganggap itu hal wajar, bahkan ia justru ditimpali dengan kata-kata kasar.Setelah dua bulan lebih mengalami bekejerja tidak wajar disana, Titik makin tidak betah. Ia kemudian melarikan diri namun berhasil dipergoki
lagi oleh anak majikan. Bahkan setelah ditangkap lagi, ia disekap dalam dalam gudang sambil dipukuli hingga pingsan. "Saya trauma sekali, saat disekap digudang, banyak sekali tulisan berbasah Indonesia berbunyi "jangan pernah mencoba kembali kesini, hati-hati dan sebagainya," katanya. Nasib serupa juga dialami Kunnainah Binti Nur Hamid Kairun yang mengaku menjadi korban perdagangan manusia. Ia juga mendapat perlakukan tidak
manusiawi karena tidak digaji semestinya oleh si majikan. Ia diberangkatkan PT Bin Hasan Maju Sejahtera, Jakarta Selatan, melalui calo bernama Saringati, Romlah, dan Saleh Bahanan. Dengan terpaksa ia kemudian bekerja di luar negeri karena tuntutan ekonomi. Selama di
penampungan, hanya diberi makan tiga kali sehari dengan lauk tidak memadai. Pada 17 Juni 2004, keduanya diberangkatkan ke Arab Saudi. Kunnainah dipekerjakan kepada Abdul Raheem Jabir Al Maliki. Namun, kemudian berpindah majikan kepada Ali Abdullah Al Qorni. Selama bekerja dua tahun, hingga Maret 2007, ia tak menerima gaji sebagaimana seharusnya. "Mestinya saya menerima 16.800 real. Namun oleh majikan hanya diberi gaji murni 6.500 real. Itu pun dipotong 2.200 real untuk membayar tiket pesawat pulang dan administrasi lainnya," kata Kunnainah.Serikat Buruh Migran Indonesia Jember yang mendampingi kasus mereka akhirnya melaporkan kasus itu. Setidanya dalam dua bulan diawal tahun ini sudah ada sembilan kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap tenaga kerja wanita Indonesia. Kasus-kasus itu terbanyak terjadi di Arab Saudi dan Malaysia."Disnakertrans Jember harus menindak tegas PJTKI yang menyalurkan mereka. Sebab pelanggaran HAM itu berupa penganiayaan, penelantaran,dan traficking seharusnya bisa dicegah. Kami minta pemerintah mengambil langkah efektif untuk melindungi para korban dan meminta pertanggungjawaban institusi yang memberangkatkan mereka," pungkas M Kholili. (p juliatmoko)

Tidak ada komentar:

M Y P E O P L E

V i s i t o r

counter