Selasa, 25 November 2008


Siswa Ditempeleng Kepsek Sampai Gigi Perotol

JEMBER - Peringatan hari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tercoreng-moreng. Hal itu menyusul adanya kasus penganiayaan terhadap lima siswa SMPN 2 Arjasa Jember. Penganiayaan berupa tempeleng atau penamparan pada bagian pipi itu dilakukan oleh Kepala Sekolah SMPN 2 Arjasa bernama M Jais. Seorang siswa yang menjadi korban diantaranya bernama Saiful Rochman kelas 8 B bahkan sampai mengalami gigi copot alias perotol. Menurut pengakuannya, dia pada hari Senin (24/11) membolos pada jam pelajaran Bahasa Inggris dan bermain play station bersama sejumlah temannya. Jarak dari tempat permainan play station itu hanya 100 meter dari sekolahnya. Para guru yang mengetahui membolos, akhirnya menjemput siswa itu. "Kami dibawa ke ruangan kepala sekolah dan ditempeleng beberapa kali sampai gigi bagian kiri atas saya lepas. Saat itu saya sempat pusing dan orang tua saya minta visum ke rumah sakit, untuk selanjutnya lapor ke polisi," kata Saiful Rochman, kemarin. Menurut dia, tidak hanya dirinya saja yang menjadi korban penempelengan. Siswa lain yang turut menjadi korban yakni Yogi Pradana P, Wanda, Junaidi, Alimudin serta dua lagi siswa yang juga teman sekelasnya. Dua siswa lainnya yang melompat pagar dan ketahuan gurunya juga sempat mendapat sanksi tamparan dari guru. Namun yang berani melaporkan kasus penganiayaan ini hanya Syaiful dan Yogi Pradana P. Sedangkan siswa lainnya tidak berani alasan takut tidak dinaikkan kelas. Kasus ini selanjutnya ditangani oleh Kepolisian Sektor Arjasa Resor Jember. Berdasarkan pantauan kemarin, beberapa petugas Polsek Arjasa sempat mencari M Jais di SMP 2 Arjasa. Namun tidak berhasil menemuinya karena jam sekolah sudah habis. Sedangkan ayah Syaiful, Ansori Holib yang juga anggota Persatuan Peduli Hak Asasi Manusia (PP HAM) Arjasa mengaku tidak terima dengan perlakuan kepala sekolahnya itu. Setelah melaporkan kejadian ke polisi, dia berencana untuk menggugat secara hukum lewat pengadilan. "Memang anak saya salah, tapi kalau membimbing jangan dengan memukul atau menempeleng. Saya saja mendidik anak saya sendiri tidak pernah main tangan, kok," kata Ansori Holib. Dengan kejadian ini dia juga meminta pihak kepala sekolah tidak melakukan perbuatan serupa dan meminta maaf pada siswa yang jadi korban pemukulan. Saat dikonfirmasi, Kepala Sekolah SMPN 2 Arjasa M Jais mnampik jika dirinya melakukan penganiayaan berupa penempelangan terhadap siswa yang bolos sekolah tersebut. "Saya hanya mencubit mereka dibagian paha, tidak menempeleng. Saya sudah bilang kejadian ini pada atasan saya di Dinas Pendidikan," kata M Jais. Menurut dia, sejumlah siswa yang dipanggil itu sudah diketahui seringkali membolos dan mendapatkan pembinaan khusus. M Jais juga sudah mendatangi orang tua siswa untuk komunikasi agar siswa itu tidak membolos lagi. Kasus kekerasan pada siswa disekolah tidak hanya sekali ini terjadi. Sejumlah siswa SMPN 4 Tanggul beberapa pekan lalu mendapat perlakuan tidak semestinya dari salah seorang gurunya. Setidaknya terdapat belasan siswa pada sekolah itu yang menjadi korban kekerasan berupa tamparan, pukulan dan hukuman tidak senonoh dari seorang guru mata pelajaran Matematika berinsial SH. Dalam kasus ini, Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Jember Achmad Sudiyono mengaku sudah menerjunkan tim untuk menyelidiki kasus kekerasan di SMPN 4 Tanggul itu. "Guru itu tidak hanya mengajar saja, tapi juga mendidik, mendampingi dalam proses pembelajaran. Marah dalam artian mendidik boleh, tapi yang jelas jangan sampai menyakiti secara fisik," timpal Achmad Sudiyono. (p juliatmoko)

UMK Jember Hanya Naik 20 Persen

JEMBER - Kabar baik bagi para buruh. Upah Minimun Kabupaten (UMK) Jember tahun depan dipatok oleh Pemprov Jatim senilai Rp 770 ribu. Angka itu meningkat sekitar 20 persen dari UMK sebelumnya yang dipatok Rp Rp 645 ribu. UMK ini dinilai bisa melebihi ketentuan dari surat kesepakatan bersama 4 Menteri. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Jember M Thamrin mengatakan, penetapan UMK Jember tidak ada maksud untuk menetang kebijakan pemerintah pusat. "Usulan itu ada satu angka dengan perusahaan dan buruh sebelum SKB 4 Menteri dipublikasikan, jadi akhirnya kami tetap mengacu pada angka tersebut. Kami tidak berani merubah angka itu lebih rendah lagi, karena bisa diprotes oleh buruh," kata M THamrin. Namun demikian, jika dihitung dari Kebutuhan Hidup LAyak (KHL) Jember, mestinya UMK Jember ditetapkan Rp 800 ribu.Dalam SKB 4 Menteri sendiri, diharapkan penetapan UMK tidak melebihi pertumbuhan ekonomi nasional sebanyak 6,7 persen. Terpisah, Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Jember malah merasa keberatan dengan UMK Jember tahun 2009 tersebut. PDP tidak akan minta penangguhan kepada gubernur Jawa Timur. "UMK itu masih berat bagi kami. Untuk gaji saja, kalau Rp 645 ribu dilaksanakan, kita satu bulan saja keluar Rp 1,6 miliar untuk 2.000 sampai 3.000 pekerja, kita dan serikat pekerja akan membicarakan kemampuan perusahaan dulu," kata Direktur Utama PDP Jember Syafril Jaya. Pada tahun 2008 ini dengan UMK Jember Rp 645 ribu, PDP membayar buruhnya dengan Rp 535 ribu per bulan berdasarkan kesepakatan dengan pekerja. "Kita punya beberapa KHL yang kadang oleh mereka tidak diperhitungkan sebagai pelayanan perusahaan. Itu memang kewajiban perusahaan," ujarnya. Sedangkan Ketua Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Jember Iswinarso mengatakan, sektor perkebunan di Jember memang seratus persen tidak pernah mampu melaksanakan UMK. "Kesepakatan UMK masih jauh di bawah norma hukum, batal demi hukum. Perusahaan kebun berani melawan, karena pelaksanaan norma ketenagakerjaan di Jember tidak tegas," timpal Iswinarso. Untuk itu dia mendesak agar Disnakertrans Pemkab Jember berani memberikan sanksi pada perusahaan disektor manapun kalau perusahaan secara keuangan mampu namun tidak memenuhi UMK. (p juliatmoko)

Ayo Polisi, Buru Terus Preman !

JEMBER -Razia preman ternyata tidak hanya dilakukan sekali oleh Polres Jember. Bahkan kini razia preman ditambah jajaran dari personil Kepolian Wilayah Besuki. Setidaknya ada empat lokasi yang dirazia oleh dua peleton polisi pengendali massa dan jajaran reserse kriminal serta intelijen Kepolisian Wilayah Besuki. Lokasi itu antara lain, Terminal Tawang Alun, Terminal Pakusari, Terminal Arjasa, dan Stasiun kereta api Jember. Dalam razia preman dengan sandi Sikat Raung 2008 itu polisi mengamankan 39 preman, pengamen dan pengemis. Selain itu, 7 unit sepeda motor dari berbagai merek. yang tidak dilengkapi surat surat dan plat nomor juga ikut diamankan. Polisi mensinyalir, para preman menarget sopir dan pemilik toko disekitar lokasi mereka mangkal. Jika keinginannnya pelaku untuk meminta uang ditolak, mereka akan melakukan intimidasi terhadap pemilik toko atau sopir angkutan umum. "Intimidasi itulah dengan terpaksa korban akhirnya memberinya sesuatu kepada pelaku. Cara seperti itu menimbulkan keresahan dimasyarakat. Kalau dibiarkan, lama-lama preman akan tumbuh subur," kata Kanitresmob Polres Jember Ipda Wahyu Sulistyo, kemarin. Razia itu lanjutnya merupakan atensi Kapolri yang harus ditindaklanjuti jajaran dibawah. "Operasi ini akan terus disinergikan dalam menciptakan kondisi nyaman dan aman di masyarakat. Kita lihat nanti, kondisi kedepan hasilnya agar lebih baik," imbuh Komisaris Sugianto dari Bagian Operasi Polwil Besuki. (p juliatmoko)

Tidak ada komentar:

M Y P E O P L E

V i s i t o r

counter