Sabtu, 10 Januari 2009


Jember Menangis (LAGI)
-Banjir Lumpur dan Tanah Longsor Menerjang-
-Bantalan Rel KA Ikut Ambrol-

JEMBER- Dini hari ini seperti menjadi hari kelabu bagi warga Jember. Di 5 kecamatan yakni Mayang, Silo, Jenggawah, Tempurejo dan Jenggawah rumah warga diterjang banjir dan sebagain tanah longsor. Berdasarkan data lapangan, di Kecamatan Mayang terdapat tiga desa yakni Tegalrejo, Seputih dan Tegalwaru, puluhan rumah terendam air bah dan diterjang aliran luapan Sungai Kali Mayang. Rumah yang rusak ringan tercatat 26 unit dan 2 rusak berat terhanyut serta sebuah suro atau mushola rusak parah rata dengan tanah. Sedangkan di Kecamatan Silo, banjir lumpur melanda Desa Garahan yang menyebabkan 20
rumah warga rusak berat. Penduduk yang rumahnya terendam lumpur setinggi lutut itu kemudian diungsikan sementara di mushola. Di Desa Pace Dusun Curah Wungkal juga tercatat 10 rumah rusak berat, 9 rumah rusak ringan terkena tanah longsor, satu rumah
hanyut dan dua jembatan sepanjang 12 meter menghubungkan Dusun Curahwungkal dan Dusun Karangtengah putus. Banjir juga menyebabkan lebih dari 200 rumah di Desa Tempurejo Kecamatan Tempurejo terendam air bercampur lumpur setinggi 50 centimeter.
Warga masih khawatir akan terjadi banjir susulan. Warga menduga banjir terjadi akibat hutan Baban Silo Sanen gundul dan menyebabkan Sungai Kali Mayang meluap. Saat hujan deras, Sungai Kali Mayang tidak mampu menahan air dari arah hutan Baban Silo Sanen. Luapan sungai itu juga mengakibatkan tiga desa yakni Desa Cangkring, Desa Daringan, Desa Jatimulyo Kecamatan Jenggawa juga terendam banjir bercampur lumpur. Penduduk yang mencapai ratusan warga itu memilih keluar rumah pada Sabtu dinihari untuk menghindari terjangan air bah lumpur pekat. Seorang warga yang menjadi korban banjir luapan Sungai Kali Mayang
di Desa Tegalrejo, Abdussalam mengatakan, banjir kali ini lebih besar dari banjir sekitar sepuluh tahun silam. "Kita tidak menduga luapan air Sungai Mayang begitu besar. Pada malam hari melihat luapan air tidak normal, kami ramai-ramai membunyikan kentongan agar warga menyelamatkan diri. Beruntung tidak ada korban jiwa," kata Abdussalam yang juga petugas pengairan ini, tadi pagi.
Sedangkan Sekretaris Satuan Penanganan Bencana dan Pengungsi Jember Edi Budi Susilo mengatakan, sejauh ini sudah dilakukan pengecekan kondisi dilapangan dan kemudian disalurkan bantuan medis dan makanan. "Dari hasil pengecekan sementara di lapangan, Desa Pace Kecamatan Silo terjadi longsor, tidak ada korban jiwa. Sekitar 200 meter akses jalan ke Perusahaan Daerah Perkebunan Sumber Wadung tertutup walet atau lumpur. Kecamatan Mayang Desa Mayang, Seputih, Tegalwaru, dan Tegalrejo beberapa titik terendam air sawah sekitar 30 hektar sawah dan rumah rusak 6 unit," jelas Edi Budi Susilo. Sedangkan di Desa Curah Lele dan Desa Wonosari Kecamatan Tempurejo banjir menggenangi rumah warga hingga 1 meter lebih. Sebanyak 600 rumah warga disana terendam air. "Di Kecamatan Jenggawah di Desa Cangkring, Desa Jatimulyo dan Desa Sruni terendam air setinggi 1 meter dan 499 rumah warga tergenang air. Warga yang rumahnya rusah parah mengungsi di tetangga atau
di mushola dan kantor balai desa," katanya. Hingga kemarin sore, Satlap PBP Jember menyatakan lokasi banjir tersebut rumah warga sudah surut dari genangan air dan warga
mulai membersihkan rumah dari bekas lumpur. Namun pendataan rumah warga yang terendam, rusak berat dan ringan terus dilakukan. "Langkah-langkah darurat kami berupa membangun dapur umum, menugaskan petugas kesehatan dan menyalurkan obat-obatan serta air bersih," imbuhnya. Dia menambahkan, untuk memantau dan merencanakan perbaikan infrastruktur yang rusak, maka melibatkan dinas pekerjaan umum, dinas pengairan dan dinas pertanian. Sedangkan Kepala Dinas Pengairan Jember Rasyid Zakaria mengatakan, banjir luapan Sungai Kali Mayang itu karena curah hujan yang terjadi di bagian hulu sungai sangat tinggi. Aliran sungai terbesar yakni Sunai Kali Mayang dan Mrawan yang ada di bagian hulu daerah Jember wilayah timur. "Itu terjadi karena di daerah timur seperti Kecamatan Sumberjambe dan Ledokombo terjadi hujan yang sangat lebat. Curah hujan yang turun mencapai 150 ml dan berlangsung lama sampai tujuh jam," kata Rasyid Zakaria. Selain itu, lereng gunung dan tanah yang ada masuk bersama air ke sungai kecil sampai ke Sungai Mayang dan Mrawan yang tidak mampu menampung luapan air. Makin ke hilir, banjir itu kata dia semakin besar. "Terutama untuk daerah hilir seperti Kecamatan Jenggawah, Tempurejo dan Ambulu. Ribuan rumah dan sawah warga terendam air, Sebab daerah itu merupakan hilir, dua sungai yakni Mrawan dan Mayang yang bertemu di sungai Mayang.," jelasnya. Apalagi banjir itu diperparah oleh rusaknya beberapa saluran pengairan yang ada. Akibat kejadian ini, kata Rasyid sarana pengairan di taksir mengalami kerugian hingga Rp 2 miliyar. "Itu akan terus bertambah, belum termasuk ratusan hektar lahan sawah yang baru berumur satu setengah bulan dan diperkirakan gagal panen," ujarnya. Dia menambahkan, banjir yang menerjang Jember itu merupakan periodesasi siklus 10 tahunan. Peristiwa seperti ini pernah terjadi pada tahun 1955, 1977, 1989, 2005 banjir bandang Panti dan yang terakhir saat ini. "Ini ciri khas banjir yang ada di Jember. Jika tidak di bagian barat dengan sungai Tanggul dan Bondoyudo, di bagian tengah, sungai Bedadung. Dua sungai itu kini mulai tenang, giliran sekarang Sungai Kali Mayang yang meluap," ujarnya. (p juliatmoko)


Bantalan Rel KA Longsor 17 Meter, KA Lumpuh

JEMBER- Menyusul hujan deras yang terjadi Jumat hingga Sabtu pagi tadi, bantalan rel kereta api Daops IX Jember diterjang longsor. Longsor itu mengenai sepanjang 12 meter rel dengan kedalaman 17 meter pada kilometer 44 antara Sempolan-Ledokombo Jember Jawa Timur. Hingga kemarin perbaikan rel terus dilakukan dengan mengembalikan kedudukan rel. Perbaikan itu dengan cara menumpuk puluhan sak berisi pasir dan ratusan balok kayu besi disepanjang rel yang bantalannya longsor. Beruntung rel kereta itu tidak sampai ambrol. Kepala Bagian Jalan Rel dan Jembatan PT KAI Daops IX Jember Suwondo mengatakan, perbaikan rel
dilakukan hingga rel bisa dilalui kereta api dengan kecepatan normal. "Kita melakukan penahanan jalan rel berupa balok. Diperkirakan sampai jam 2 siang ini perbaikan selesai," kata Suwondo, kemarin. Sedangkan Humas PT KAI Daops IX Jember Haryanto mengatakan, penyebab bantalan rel longsor karena hujan sudah deras dan terjadi banjir. Pada kilometer 82 untuk kerata api Mutiara Timur tertahan di Stasiun Garahan Silo mulai pukul 00.23 malam.
"Rintang jalan mulai 01.30 taksiran 24 jam. Operasi kerata api untuk penumpang kereta api 82 Mutiara Timur dioper stapen dari Stasiun Garahan ke Jember," kata Haryanto. Sedangkan untuk penumpang kereta api 82 Mutiara Timur dari arah Surabaya dioper stapen dari Jember ke Stasiun Garahan. Sedangkan kereta api 979/980 Probowangi jalan hanya lintas Probolinggo -Jember melayani pulang-pergi. Untuk Ka 177/178 Tawang Alun batal berangkat. Sedangkan KA 166 Sri Tanjung terlambat sambil menunggu selesai perbaikan dan pengiriman rangkaian. Untuk kerata api 80 Mutiara Timur Siang juga terlambat sambil menunggu perbaikan rel selesai untuk pengiriman rangkaian. Hal yang sama juga Untuk kereta api 982/983 Pandanwangi tujuan Banyuwangi-Jember batal berangkat. Selanjutnya pad siang hari kemarin, PT KAI Daops IX Jember menepati janjinya dalam merampungkan perbaikan bantalan rel yang longsor tepatnya di kilometer 44 Ledokombo-Sempolan Kecamatan Silo Jember Jawa Timur. Hal itu disampaikan Humas PT KAI Daops IX Jember Haryanto yang menurutnya, rel itu sudah selesai siang kemarin sekitar pukul 12.55 WIB. "Rel longsor di kilometer 14+4/5 itu sudah normal lagi setelah tanah diurug dengan sak pasir dan balok kayu untuk mengembaliklan posisi rel seperti
semula," kata Haryanto. Dia juga menambahkan, dengan normalnya rel itu maka kereta api jurusan Banyuwangi-Jember atau sebaliknya sudah bisa melintas namun dengan kecepatan rendah. "Kecepatan saat melintas di lokasi rel yang sudah diperbaiki itu untuk sementara baru boleh 5 kilometer per jam. Jika sudah normal 100 persen, maka kecepatan kereta juga bisa diatas itu," katanya. Sebelumnya, hujan deras yang terjadi Jumat hingga Sabtu pagi tadi, bantalan rel kereta api Daops IX Jember diterjang longsor mengenai sepanjang 12 meter rel dengan kedalaman 17 meter di Kecamatan Silo. Dia juga menambahkan, sejumlah
gerbong kereta api seperti Tawangalun dan Sri Tanjung yang masih berada di Stasiun Banyuwangi sudah beroperasi menuju Stasiun Jember untuk meneruskan jadwal keberangkatan. (p juliatmoko)

Tidak ada komentar:

M Y P E O P L E

V i s i t o r

counter